Mengapa Harga Pangan Selalu Naik Tiap Menjelang Ramadhan? Ini Biang Keroknya

25 February 2025, 06:00 WIB
Mengapa Harga Pangan Selalu Naik Tiap Menjelang Ramadhan? Ini Biang Keroknya

Kenaikan harga pangan menjelang Ramadhan kembali terjadi di Indonesia, seperti yang terlihat di Palembang dengan harga cabai merah tembus Rp70.000 per kilogram. Lonjakan harga ini terjadi di berbagai pasar tradisional dan berdampak langsung pada masyarakat. Fenomena tahunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari meningkatnya permintaan hingga praktik monopoli dan penimbunan.

Beberapa komoditas mengalami kenaikan signifikan, seperti cabai merah, bawang merah, dan sayur buncis. Hal ini dipicu oleh meningkatnya permintaan menjelang bulan puasa dan Lebaran, di mana masyarakat cenderung membeli lebih banyak bahan makanan untuk persediaan. Selain itu, kenaikan harga BBM, kemacetan, dan jarak tempuh distribusi juga ikut mendorong naiknya harga jual di pasaran.

Tidak hanya di Palembang, potensi kenaikan harga pangan menjelang Ramadhan juga menjadi perhatian pemerintah di berbagai daerah, seperti di Kabupaten Sukabumi. Pemerintah setempat melakukan rapat koordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk memantau pasokan dan harga pangan, serta mengambil langkah konkret untuk mencegah inflasi yang lebih tinggi. Langkah ini meliputi pemantauan harga secara intensif di pasaran dan koordinasi dengan Bulog serta pelaku usaha.

Faktor-faktor Penyebab Kenaikan Harga Pangan

Beberapa faktor utama berkontribusi terhadap lonjakan harga pangan menjelang Ramadhan. Pertama, meningkatnya permintaan merupakan faktor dominan. Masyarakat cenderung membeli lebih banyak bahan makanan untuk persiapan bulan puasa dan Lebaran, sehingga mendorong naiknya harga sesuai prinsip ekonomi penawaran dan permintaan.

Kedua, kenaikan biaya distribusi juga berperan penting. Kenaikan harga BBM, kemacetan lalu lintas, dan jarak tempuh yang jauh meningkatkan biaya transportasi, yang akhirnya berdampak pada harga jual. Ketiga, psikologi pasar dan ekspektasi kenaikan harga dapat memicu perilaku spekulatif dari pedagang, seperti penimbunan barang untuk dijual dengan harga lebih tinggi.

Faktor lainnya adalah gangguan pasokan akibat cuaca ekstrem, praktik monopoli dan penimbunan oleh oknum tertentu, serta peran pemerintah dalam mengendalikan harga. Meskipun pemerintah berupaya mengendalikan harga melalui operasi pasar, kemampuannya untuk mengatasi sepenuhnya lonjakan harga masih terbatas. Koordinasi antar instansi dan pengawasan distribusi barang masih perlu ditingkatkan.

Bahkan, faktor politik seperti pembagian sembako oleh calon anggota legislatif di tahun pemilu juga dapat mempengaruhi permintaan dan harga beras. Semua faktor ini saling berkaitan dan membentuk sebuah masalah kompleks yang membutuhkan solusi terpadu.

Upaya Pemerintah Mengendalikan Inflasi

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan inflasi dan menstabilkan harga pangan menjelang Ramadhan. Rapat koordinasi antar kementerian dan lembaga terkait, seperti Kemendagri, KSP, Bapanas, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan pihak lainnya, dilakukan untuk menyinkronkan langkah dan upaya pengendalian inflasi.

Pemantauan ketat terhadap pasokan dan harga menjadi kunci utama. Pemerintah daerah, seperti di Kabupaten Sukabumi, melakukan pemantauan harga secara intensif melalui sidak dan pendataan harga harian di pasar. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran akurat tentang fluktuasi harga dan membantu pemerintah mengambil langkah penanganan yang tepat sasaran.

Selain itu, koordinasi dengan Bulog dan pelaku usaha juga dilakukan untuk memastikan ketersediaan pasokan dan mencegah kenaikan harga yang signifikan. Meskipun demikian, perbedaan harga masih terjadi di berbagai pasar, kemungkinan dipengaruhi oleh lokasi, pasokan barang, dan faktor-faktor lainnya.

Butuh Solusi Terpadu Pemerintah

Kenaikan harga pangan menjelang Ramadhan merupakan masalah multi-faktor yang kompleks dan membutuhkan solusi terpadu. Peningkatan produksi, efisiensi distribusi, pengawasan ketat terhadap praktik monopoli dan penimbunan, serta edukasi kepada masyarakat agar tidak panik membeli berlebihan, menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini. Koordinasi yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan stabilitas harga dan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Sumber : Liputan6.com