Kash Patel Putra Imigran India Jadi Direktur FBI di Era Donald Trump

21 February 2025, 13:11 WIB
Kash Patel Putra Imigran India Jadi Direktur FBI di Era Donald Trump

Senat AS yang dikuasai Partai Republik pada hari Kamis (20/2) mengonfirmasi Kash Patel, seorang loyalis setia Presiden Donald Trump, sebagai direktur Federal Bureau of Investigation (FBI) atau Biro Investigasi Federal, badan penegak hukum tertinggi di negara itu.

Kash Patel, 44 tahun, yang pencalonannya memicu pertentangan sengit tetapi akhirnya sia-sia dari Partai Demokrat, disetujui dengan perolehan suara 51-49.

Pemungutan suara terbagi berdasarkan garis partai kecuali dua senator Partai Republik, Susan Collins dari Maine dan Lisa Murkowski dari Alaska, yang memilih untuk tidak mengonfirmasi Patel sebagai kepala Biro Investigasi Federal yang beranggotakan 38.000 orang.

Kash Patel menuai kecaman dari Partai Demokrat karena promosinya terhadap teori konspirasi, pembelaannya terhadap perusuh pro-Donald Trump yang menyerang Capitol pada tanggal 6 Januari 2021, dan sumpahnya untuk membasmi anggota "deep state" yang diduga berencana untuk menentang presiden dari Partai Republik.

Senat telah menyetujui semua pilihan kabinet Donald Trump sejauh ini, yang menggarisbawahi cengkeramannya yang kuat pada Partai Republik. Di antara mereka adalah Tulsi Gabbard, yang dikonfirmasi sebagai kepala mata-mata negara meskipun sebelumnya mendukung negara-negara yang bermusuhan termasuk Rusia dan Suriah, dan skeptis vaksin Robert F. Kennedy Jr. sebagai menteri kesehatan.

Senator Demokrat Dick Durbin, dalam upaya terakhir untuk menggagalkan pencalonan Patel, mengadakan konferensi pers di luar markas besar FBI di pusat kota Washington pada hari Kamis (20/2) dan memperingatkan bahwa ia akan menjadi "bencana politik dan keamanan nasional" sebagai kepala FBI.

Berbicara kemudian di ruang Senat, Durbin mengatakan Patel "sangat berbahaya, secara politik ekstrem." "Ia telah berulang kali menyatakan niatnya untuk menggunakan lembaga penegak hukum terpenting negara kita untuk membalas dendam terhadap musuh-musuh politiknya," katanya.

Patel, yang meraih gelar sarjana hukum dari Pace University dan bekerja sebagai jaksa federal, menggantikan Christopher Wray, yang diangkat sebagai direktur FBI oleh Trump selama masa jabatan pertamanya. Hubungan antara Wray dan Trump menjadi tegang, dan meskipun ia memiliki sisa tiga tahun lagi dari masa jabatan 10 tahunnya, Wray mengundurkan diri setelah Trump memenangkan pemilihan presiden pada November 2024.

Profil Kash Patel, Putra Imigran yang Jadi Direktur FBI Pilihan Donald Trump

Profil Kash Patel, Putra Imigran yang Jadi Direktur FBI Pilihan Donald Trump

Sebagai putra imigran India, Kash Patel yang lahir di New York menjabat di beberapa jabatan tingkat tinggi selama pemerintahan pertama Trump, termasuk sebagai direktur senior untuk kontraterorisme di Dewan Keamanan Nasional dan sebagai kepala staf untuk penjabat menteri pertahanan.

Terjadi perdebatan sengit di sidang konfirmasi Patel bulan lalu ketika Demokrat mengangkat daftar 60 orang yang diduga sebagai aktor "negara dalam negara" --- semuanya kritikus Trump --- yang ia masukkan dalam buku tahun 2022, yang menurutnya harus diselidiki atau "dicerca."

Patel telah membantah bahwa ia memiliki "daftar musuh" dan mengatakan kepada Komite Kehakiman Senat bahwa ia hanya tertarik untuk membawa pelanggar hukum ke pengadilan.

"Semua karyawan FBI akan dilindungi dari pembalasan politik," ucap Patel.

FBI Dilanda Kekacauan Sejak Era Donald Trump

FBI Dilanda Kekacauan Sejak Era Donald Trump

FBI telah dilanda kekacauan sejak Donald Trump menjabat dan sejumlah agen telah dipecat atau diturunkan jabatannya, termasuk beberapa yang terlibat dalam penuntutan Trump karena berupaya membatalkan hasil pemilu 2020 dan salah menangani dokumen rahasia.

Sembilan agen FBI telah menggugat Departemen Kehakiman, dengan berupaya menghalangi upaya pengumpulan informasi tentang agen yang terlibat dalam penyelidikan Trump dan serangan terhadap Capitol oleh para pendukungnya.

Dalam pengaduan mereka, agen FBI mengatakan upaya pengumpulan informasi tentang karyawan yang berpartisipasi dalam penyelidikan tersebut merupakan bagian dari "pembersihan" yang diatur oleh Trump sebagai "pembalasan bermotif politik."

Donald Trump, pada hari pertamanya di Gedung Putih, mengampuni lebih dari 1.500 pendukungnya yang menyerbu Kongres dalam upaya menghalangi sertifikasi kemenangan pemilihan Demokrat Joe Biden.

<p>Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)</p>
Sumber : Liputan6.com