Trump Perintahkan Penasihatnya Hancurkan Iran jika Dirinya Dibunuh

07 February 2025, 07:00 WIB
Trump Perintahkan Penasihatnya Hancurkan Iran jika Dirinya Dibunuh

Presiden Donald Trump mengatakan pada Selasa (4/2/2025), dia telah memberikan instruksi kepada para penasihatnya untuk menghancurkan Iran jika negara tersebut membunuhnya.

"Jika mereka melakukan itu, mereka akan dihancurkan," kata Trump dalam percakapan dengan wartawan saat menandatangani perintah eksekutif yang menargetkan tekanan maksimal pada Iran, seperti dikutip dari AP, Jumat (7/2).

"Saya telah meninggalkan instruksi bahwa jika mereka melakukannya, mereka akan dihancurkan, tidak akan ada yang tersisa."

Jika Trump dibunuh, Wakil Presiden JD Vance akan menggantikannya sebagai presiden. Namun, Vance tidak terikat untuk mengikuti instruksi yang ditinggalkan pendahulunya.

Pada tahun 2020, Trump memerintahkan pembunuhan terhadap Qassem Soleimani, yang saat itu memimpin Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dan Pasukan Quds, unit khusus IRGC.

Sejak saat itu, pihak berwenang Amerika Serikat (AS) disebut telah melacak beberapa ancaman terhadap Trump dan mantan pejabat yang terkait dengan pembunuhan Soleimani.

Menurut sejumlah pejabat AS, ancaman terhadap kehidupan Trump dari Iran memicu peningkatan pengamanan beberapa hari sebelum kampanye di Pennsylvania pada Juli lalu, di mana Trump ditembak di telinga. Meskipun demikian, pejabat saat itu menyatakan mereka tidak meyakini Iran terlibat dalam percobaan pembunuhan tersebut.

Kementerian Kehakiman AS mengumumkan pada November lalu bahwa plot Iran untuk membunuh Trump sebelum pilpres AS berhasil digagalkan. Mereka menuduh pejabat-pejabat Iran telah menginstruksikan Farhad Shakeri (51) untuk fokus pada pengawasan dan akhirnya membunuh Trump. Shakeri sendiri saat ini masih bebas di Iran.

Pejabat Iran membantah tuduhan tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri (jubir Kemlu) Iran Esmail Baghaei saat itu menyebutnya sebagai konspirasi oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan Israel untuk mempersulit hubungan Iran-AS.

Menurut dakwaan kriminal yang dibuka di pengadilan federal di Manhattan, Shakeri yang pernah dipenjara di AS karena perampokan, memiliki jaringan kriminal yang direkrut oleh Iran untuk melakukan pengawasan dan pembunuhan berbayar.

Shakeri, seorang warga negara Afghanistan yang tinggal di Iran, menurut dokumen pengadilan AS pula mengatakan kepada FBI bahwa seorang kontak di IRGC menginstruksikannya pada September lalu untuk meninggalkan pekerjaan lainnya dan menyusun rencana dalam waktu tujuh hari untuk mengawasi dan membunuh Trump.

Reaksi Iran

Reaksi Iran

Baghaei, yang masih menjabat sebagai jubir Kemlu Iran, seperti dikutip dari Iran International menanggapi pernyataan Trump pada Rabu dengan mengatakan, "Teheran mempertahankan haknya untuk menempuh jalur hukum demi mendapatkan keadilan atas pembunuhan para pahlawan nasional dan pejabat senior, baik di pengadilan domestik maupun internasional."

"Iran tidak merencanakan pembunuhan presiden terpilih Donald Trump," tegas Presiden Iran Masoud Pezeshkian dalam wawancara dengan NBC bulan lalu, sebelum menambahkan, "Semua pembunuhan dan tindakan teror yang terjadi di Eropa dan tempat lain, apakah kita melihat jejak-jejak warga negara Iran atau negara lainnya?"

Sumber : Liputan6.com