Daftar Negara yang Kena Tarif Impor Tinggi Donald Trump Februari 2025

23 January 2025, 13:15 WIB
Daftar Negara yang Kena Tarif Impor Tinggi Donald Trump Februari 2025

Donald Trump secara resmi diambil sumpahnya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada hari Senin, 20 Januari 2025, sesuai dengan waktu setempat. Dalam pidato pelantikannya, ia tidak mengumumkan rencana untuk meningkatkan tarif impor terhadap beberapa negara, meskipun isu ini sempat menjadi sorotan selama masa kampanyenya.

Walaupun demikian, ia sudah memberikan sinyal bahwa kebijakan kenaikan tarif impor tersebut akan tetap dilaksanakan. Pada hari yang sama, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa tarif baru mungkin akan dikenakan kepada Meksiko dan Kanada paling cepat pada awal bulan Februari.

"Kami berpikir dalam hal (pungutan) 25% pada Meksiko dan Kanada, karena mereka mengizinkan sejumlah orang melintasi perbatasan," ungkap Trump, seperti yang dikutip dari CNBC pada Selasa (21/1/2025).

Ia juga menyebut Kanada sebagai "pelaku yang sangat buruk." Presiden Trump menegaskan bahwa target penerapan tarif tersebut adalah sekitar 1 Februari 2025.

Pernyataan ini disampaikan kepada para jurnalis saat pemimpin baru tersebut memberikan serangkaian perintah eksekutif yang berfokus pada berbagai isu, mulai dari regulasi hingga kebebasan berbicara dan imigrasi.

Walaupun sudah menjadi rahasia umum bahwa Trump berencana untuk menerapkan bea masuk secara menyeluruh pada mitra dagang AS, masih ada ketidakpastian mengenai waktu dan lingkup penerapannya. Terdapat spekulasi bahwa tarif mungkin akan ditunda dan hanya diberlakukan pada barang-barang tertentu, bukan secara menyeluruh.

Dalam sambutannya, Trump tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai cara dan waktu penerapan tarif tersebut. Ia menunjukkan bahwa tidak akan ada tarif yang diberlakukan pada hari pertama ia menjabat, di tengah serangkaian penandatanganan perintah eksekutif yang dilakukan.

Donald Trump Kenakan Tarif Impor 10% ke China

Donald Trump Kenakan Tarif Impor 10% ke China

Presiden Amerika Serikat yang baru dilantik, Donald Trump mengungkapkan bahwa pihaknya tengah membahas tarif impor sebesar 10% terhadap China.

Melansir CNBC International, Rabu (22/1/2025) bea masuk tersebut mulai berlaku paling cepat pada 1 Februari mendatang.

"Kita berbicara tentang tarif 10% untuk China berdasarkan fakta bahwa mereka mengirim fentanil ke Meksiko dan Kanada," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (21/1).

"Mungkin 1 Februari adalah tanggal yang kita lihat," lanjutnya.

Sebagai informasi, Fentanil, opioid sintetis, merupakan obat adiktif yang telah menyebabkan puluhan ribu kematian akibat overdosis setiap tahun di AS.

Trump juga mengaku ia sudah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping melalui telepon terkait isu Fentanil dan perdagangan.

Pernyataan pihak pemerintah China mengatakan Xi Jinping mengharapkan kerja sama dan menyatakan hubungan ekonomi kedua negara saling menguntungkan.

"Jika AS mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen pada China dan China menanggapinya dengan cara yang sama, PDB AS akan berkurang aUsd 55 miliar selama empat tahun pemerintahan Trump kedua, dan USD 128 miliar lebih sedikit di China," kata Peterson Institute for International Economics yang berbasis di AS dalam sebuah laporan pada 17 Januari 2025.

Seperti diketahui, AS merupakan mitra dagang terbesar China. Impor China dari AS sempat menurun 0,1% dalam dolar 2024 lalu, sementa

Surplus Dagang AS-China di 2024

Surplus Dagang AS-China di 2024

Data tersebut menunjukkan surplus perdagangan China dengan AS pada tahun 2024 adalah USD 361 juta, lebih tinggi dari USD 316,9 juta yang dilaporkan pada tahun 2020, tahun penuh terakhir masa jabatan pertama Trump.

Saat itu, Gedung Putih telah menaikkan tarif atas barang-barang dari China dalam upaya untuk meningkatkan impor barang-barang AS di negara tersebut, dan mengatasi kekhawatiran lama para pebisnis AS di negara tersebut.

Adapun Wakil Perdana Menteri Tiongkok Ding Xuexiang, mengatakan dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, bahwa "Tidak ada pemenang dalam perang dagang".

Sumber : Liputan6.com