Sukses Salurkan KUR hingga Rp184,98T, Begini Rahasia BRI Jaga Kualitas Kreditnya

23 January 2025, 09:47 WIB
Sukses Salurkan KUR hingga Rp184,98T, Begini Rahasia BRI Jaga Kualitas Kreditnya

Komitmen mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia terus ditunjukkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI). Langkah strategis yang dilakukan salah satunya adalah melakukan akselerasi penyaluran pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan tetap menjaga kualitas kreditnya.

Hal ini bisa dilihat dari catatan mengesankan yang diberikan oleh BRI. Sepanjang 2024, BRI berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp184,98 triliun. Hal ini menjadikannya tertinggi di antara perbankan nasional lain. Adapun penyaluran KUR BRI ini telah menjangkau lebih dari 4 juta debitur atau pelaku UMKM di seluruh wilayah Indonesia dan memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Kualitas Kredit yang Selalu Terjaga

Kualitas Kredit yang Selalu Terjaga

Tak hanya berhasil mencetak rekor tertinggi, kesuksesan penyaluran KUR BRI ini juga diikuti dengan kualitas kredit yang selalu terjaga. Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan bahwa strategi pengelolaan KUR yang diterapkan BRI berhasil menjaga tingkat Non-Performing Loan (NPL) tetap sehat, yaitu di level 2%. Hal ini menunjukkan pengelolaan risiko yang baik dalam penyaluran kredit kepada segmen UMKM.

"KUR itu 100% dananya berasal dari bank. Dana bank dihimpun dari masyarakat, deposito, tabungan, dan giro. KUR diberikan kepada masyarakat yang belum bankable namun feasible. Jadi, ketika terjadi kredit macet, 70% risiko dibayar oleh asuransi, dan 30% ditanggung bank. Dan itu kita sekarang bisa di-manage NPL KUR itu di sekitar 2%," ujar Sunarso di kanal YouTube Hermanto Tanoko yang mengambil tema "BBRI Pilar Utama Perbankan Nasional: Peluang Besar di 2025".

Terkait hal tersebut, Sunarso juga menambahkan bahwa tingkat NPL sebesar 3% pada kredit di segmen UMKM masih dianggap ideal. Hal ini mengingat karakteristik segmen ini berbeda dengan kredit korporasi. Ia juga menjelaskan bahwa pada tahap awal (front-end), fokusnya adalah menjangkau sebanyak mungkin nasabah baru tanpa proses seleksi yang terlalu ketat.

Selanjutnya, pada tahap mid-end dilakukan maintain. Apabila terjadi kredit macet, tahap back-end berperan untuk mengelola risiko, mencakup penagihan yang diwujudkan dalam recovery rate untuk menjaga kualitas kredit. Strategi ini memungkinkan BRI untuk terus mendukung pertumbuhan UMKM dengan tetap menjaga kesehatan portofolio kredit.

Apa yang dilakukan BRI ini sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang menapaki 100 hari kerja. Dalam hal ini Asta Cita ketiga yaitu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, dan juga Asta Cita keenam khususnya dalam hal mendorong pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.

Implementasi Asta Cita ini juga diupayakan oleh Kementerian BUMN RI. Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, inisiasi tersebut mulai dari hilirisasi, pembangunan infrastruktur, pelayanan masyarakat, stabilisasi harga pangan, hingga pengembangan sumber daya manusia dan energi berkelanjutan. Menurutnya, kolaborasi lintas kementerian dan badan menjadi momentum strategis untuk menjawab tantangan pembangunan yang semakin kompleks.

"Dalam waktu kurang dari 100 hari, kita telah menunjukkan langkah nyata dan dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat. Hal ini menjadi bukti bahwa gotong royong adalah kunci keberhasilan," ujar Menteri BUMN Erick Thohir, Senin (20/1/2024).

Sumber : Liputan6.com