2024 Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah, Suhu Global Melampaui 1,5 Derajat Celsius

10 January 2025, 19:11 WIB
2024 Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah, Suhu Global Melampaui 1,5 Derajat Celsius

Para ilmuwan mengatakan bahwa pada tahun 2024, suhu global untuk pertama kalinya melampaui 1,5 derajat Celsius. Tonggak sejarah ini dikonfirmasi oleh Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa (C3S), yang menyebutkan bahwa perubahan iklim mendorong suhu planet ini ke tingkat yang belum pernah dialami oleh umat manusia modern.

"Perjalanan ini sungguh luar biasa," kata Direktur C3S Carlo Buontempo, menggambarkan bagaimana setiap bulan di tahun 2024 adalah bulan terpanas atau kedua terpanas untuk bulan tersebut sejak pencatatan dimulai, seperti dikutip dari CNA, Jumat (10/1/2025).

Suhu rata-rata planet pada tahun 2024 adalah 1,6 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan dengan periode 1850-1900, yang dikenal sebagai periode pra-industri, yaitu sebelum manusia mulai membakar bahan bakar fosil dalam jumlah besar yang menghasilkan CO2.

Badan Meteorologi Inggris (Met Office) mengonfirmasi bahwa tahun 2024 kemungkinan telah melampaui 1,5 derajat Celsius, meskipun mereka memperkirakan suhu rata-rata sedikit lebih rendah, yaitu 1,53 derajat Celsius.

Pemerintah di seluruh dunia berkomitmen dalam Perjanjian Paris 2015 untuk berusaha membatasi peningkatan suhu rata-rata global tidak melebihi 1,5 derajat Celsius, guna menghindari bencana iklim yang lebih parah dan biaya yang lebih tinggi.

Meskipun suhu global melampaui 1,5 derajat Celsius pada tahun 2024, namun hal ini tidak melanggar target dalam Perjanjian Paris karena yang dihitung adalah suhu rata-rata jangka panjang, bukan hanya satu tahun saja.

Buontempo menuturkan bahwa dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca, dunia akan segera melewati batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris. Namun, masih ada waktu bagi negara-negara untuk mengurangi emisi dengan cepat agar suhu tidak terus naik ke tingkat yang lebih berbahaya.

"Ini belum terlambat. Kita masih bisa mengubah arah keadaan ini mulai sekarang," kata Buontempo.

Tahun 2024 sendiri telah dikonfirmasi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sebagai tahun terpanas yang tercatat dalam sejarah.

"Kami mencatat suhu permukaan daratan dan laut yang luar biasa, suhu laut yang sangat tinggi, disertai dengan cuaca ekstrem yang memengaruhi banyak negara di seluruh dunia, merusak kehidupan, mata pencaharian, harapan, dan impian," sebut juru bicara WMO Clare Nullis.

Memperburuk Bencana Alam

Memperburuk Bencana Alam

Dampak perubahan iklim kini sudah terlihat di setiap benua, memengaruhi orang-orang dari negara kaya hingga miskin.

Kebakaran hutan yang terjadi di Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS), pekan ini telah menewaskan sedikitnya 10 orang dan menghancurkan ratusan rumah.

Pada tahun 2024, Bolivia dan Venezuela juga dilanda kebakaran besar, sementara banjir hebat melanda Nepal, Sudan, dan Spanyol. Gelombang panas di Meksiko dan Arab Saudi menewaskan ribuan orang.

Perubahan iklim memperburuk badai dan hujan lebat karena udara yang lebih panas bisa menahan lebih banyak air, yang menyebabkan hujan sangat deras. Jumlah uap air di atmosfer bumi mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024.

Namun, meskipun biaya dari bencana ini terus meningkat, beberapa negara semakin kurang berkomitmen untuk berinvestasi dalam pengurangan emisi.

Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari, menyebut perubahan iklim sebagai kebohongan, meskipun mayoritas ilmuwan setuju bahwa perubahan iklim disebabkan oleh manusia dan dapat menyebabkan bencana besar jika tidak diatasi.

Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), AS mengalami 24 bencana cuaca dan iklim pada tahun 2024, dengan kerugian lebih dari satu miliar dolar AS, termasuk Badai Milton dan Helene.

Chukwumerije Okereke, profesor tata kelola iklim global di Universitas Bristol, Inggris, mengatakan bahwa pencapaian suhu 1,5 derajat Celsius ini seharusnya menjadi peringatan serius bagi para pemimpin politik untuk segera bertindak.

"Meski sudah banyak peringatan dari ilmuwan, negara-negara tetap gagal memenuhi tanggung jawab mereka," tuturkepada Reuters.

C3S juga melaporkan bahwa konsentrasi karbon dioksida, gas rumah kaca utama, mencapai rekor tertinggi, yaitu 422 bagian per juta pada tahun 2024.

Sumber : Liputan6.com