Jeritan Warga Aceh Terancam Kehilangan Mata Pencaharian
18 December 2025, 12:04 WIB
Tak terhitung berapa banyak persawahan di Gampong (desa) Alue Keutapang, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh yang rusak dampak banjir besar beberapa waktu lalu. Padahal, sawah menjadi salah satu mata pencarian warga setempat.
Itu sebabnya, warga berharap pemerintah segera memulihkan kembali lahan persawahan mereka yang rusak tertimbun lumpur pascabanjir bandang.
"Masyarakat di sini bertani, dan sekarang sawah tertutup lumpur banjir, kita harap pemerintah dapat membantu mengeroknya," kata Keuchik (kepala desa) Alue Keutapang, Kafrawi, di Pidie Jaya, Rabu.
Lahan persawahan di desa itu mulanya seluas 175 hektare. Pascabanjir, 64 hektare rusak berat, 34 hektare di antaranya gagal panen dan 30 hektare baru selesai dipanen. Lahan yang bisa ditanami hanya sekitar 10-11 hektare.
"Gagal panen dan rusak berat 34 hektare, yang sudah panen rusak berat 30 hektare. Kalau yang masih bisa ditanam lagi sekitar 10-11 hektare," ujarnya.
Endapan Lumpur 70 Cm
Untuk sawah yang rusak berat itu, ketinggian lumpurnya mencapai 50-70 centimeter. Kondisi tersebut membuat sawah mereka hilang dan terlihat seperti tanah timbunan.
Kafrawi menyampaikan, sejauh ini tim dari Dinas Pertanian sudah turun meninjau lokasi, dan dijanjikan bakal mengambil lumpur-lumpur itu menggunakan alat berat.
"Kalau dipulihkan, Dinas Pertanian sudah turun ke lokasi, katanya mau dikerok kembali lumpurnya pakai alat berat," ujarnya.
Ia menegaskan, petani tidak bisa memaksakan diri untuk menanami padi di atas lumpur tersebut. Saluran air sudah hancur tertutup lumpur, sehingga airnya tidak bisa mengalir lagi.
"Sawah sudah mengering, dampak sosial di sini pastinya kehilangan mata pencaharian, karena di sini rata-rata petani dan penjual. Karena itu, kita harapkan pemerintah dapat memulihkan sawah-sawah masyarakat ini," harap Kafrawi.
Gagal Panen Karena Sawah Tersapu Banjir
Hal senada juga disampaikan Ismail, Keuchik Babah Krueng, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya. Di daerahnya, sekitar 60 hektare lahan pertanian serta masyarakat terendam lumpur banjir, bahkan sebagian hendak dipanen, kemudian gagal setelah musibah tersebut.
"Tertimbun lumpur semua yang padi belum dipotong, 60 hektare gagal panen," katanya.
Kondisi ini, kata dia, telah membuat mata pencaharian masyarakat di sana yang mayoritas petani terganggu. Diharapkan pemerintah daerah bisa memberikan solusi terbaik, mengingat persawahan di sana sudah lumpuh total.
"Masyarakat kami di sini kerjanya hari-hari ke sawah, jadi sawahnya bermasalah, maka ekonomi dan pangannya bermasalah," ujar Ismail.