Apple Developer Academy Indonesia Luluskan 500 Siswa, Ini Harapan Jangka Panjang Apple
14 December 2025, 18:06 WIB
Dengan lebih dari 5000 siswa Apple Developer Academy yang lulus sejak tahun 2018, Apple yakin terhadap masa depan lulusan 500 siswa dari Batam, Surabaya, Jakarta, dan Bali di tahun ini.
Perusahaan berbasis di Cupertino tersebut menilai, para siswa akademi di Indonesia mampu terus membawa dampak positif melampaui ruang kelas.
Dalam sesi wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali, Lisa Jackson, selaku Vice President, Environment, Policy, and Social Initiative Apple, mengungkap rasa optimismenya terhadap para lulusan akademi.
Sejak didirikan di Tangerang, para siswa menunjukkan bukti dan mampu memberi kontribusi nyata bagi komuntas lokal, ekosistem teknologi, hingga komunitas pengembang secara luas.
"Kami tidak sekadar berharap. Kami sudah melihat sendiri dampaknya selama bertahun-tahun. Apple Developer Academy selalu membawa manfaat bagi komunitas, bagi ekosistem developer, dan juga Apple," Lisa memaparkan.
Perusahaan mencatat, banyak lulusan dari akademi mampu berkembang menjadi pengembang andalan hingga sampai memberanikan diri untuk merintis usaha sendiri. Sementara itu, sebagian berlanjut menjadi rekan kerja dihargai di berbagai proyek dan ekosistem Apple.
Menurut Lisa, hubungan itu menunjukkan akademi bukan sekadar program pendidikan jangka pendek. Tapi bagian dari perjalanan karier para lulusan dan ekosistem teknologi di Indonesia.
"Kami telah melihat lulusan akademi menjadi developer favorit Apple, ada juga akhirnya bekerja bersama kami. Itu selalu menjadi hal membanggakan," ujar Lisa. Kehadiran Apple Developer Academy di berbagai kota dianggap sebagai fondasi penting untuk menumbuhkan talenta digital lokal mampu bersaing secara global.
Ia juga menyinggung pengalaman berada di kelas angkatan pertama akademi. Momen tersebut selalu terasa istimewa. "Akan ada naik dan turun. Itu bagian dari proses belajar dan kehidupan. Terpenting, siswa sekarang puna peluang besar di depan mereka."
Lewat Apple Developer Academy di Indonesia, perusahaan berharap ekosistem developer lokal terus berkembang. Bagi Apple, keberhasilan akademi di Indonesia bukan diukur dari satu angkatan.
Akan tetapi, dilihat bagaimana pertumbuhan jangka panjang, dampak bagi komunitas, dan kontribusi lulusan di berbagai sektor industri. Perusahaan berharap, akademi ini bisa dilihat sebagai investasi jangka panjang untuk membangun talenta komunitas, dan masa depan teknologi di Indonesia.
Begini Cara Apple Siapkan Siswa Apple Developer Academy
:strip_icc():watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,573,20,0)/kly-media-production/medias/5441309/original/021316000_1765495826-Para_lulusan_Apple_Developer_Academy_2025_01.jpeg)
Apple Developer Academy baru saja meluluskan sekitar 500 siswa mereka di Batam, Surabaya, Jakarta, dan Bali. Dalam acara tersebut, Apple menjelaskan bagaimana inovasi di dunia pendidikan tidak selalu lahir dari teknologi terbaru.
Disebutkan, fondasi terpenting di Apple Developer Academy terletak pada metode belajar yang disebut challenge-based learning. Di akademi, siswa langsung hadapkan pada tantangan nyata tanpa panduan langkah demi langkah.
"Di Apple Developer Academy, mahasiswa tidak datang ke kelas hanya untuk mendengar dosen ceramah," Lisa Jackson, Vice President, Environment, Policy, and Social Initiative Apple usai menyampaikan keynote di wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali baru-baru ini.
Lewat pendekatan ini, mahasiswa tidak duduk pasif mendengarkan ceramah. Sejak hari pertama, mereka langsung dihadapkan pada tantangan nyata tanpa panduan langkah demi langkah.
Ia menjelaskan, "kamu mungkin tidak tahu harus mulai dari mana. Dunia ada di luar sana, buka internet, tanya teman-teman kamu, cari tahu sendiri."
Dengan masuknya teknologi AI justru memperkuat pendekatan tersebut. Hambatan teknis seperti coding kini jauh berkurang berkat bantuan AI. Mahasiswa bisa bekerja lebih cepat menuju tahap berpikir mendalam dan pengambilan keputusan.
Bukan Soal Kejar Tren Teknologi
Lisa menekankan, kehadiran AI malah membuat proses belajar semakin dalam. Jika sebelumnya coding jadi penghalang bagi sebagian orang, AI kini dapat membantu mahasiswa melompati hambatan teknis.
"Bila dulu coding terasa seperti penghambat, sekarang bisa banyak dibantu dengan AI. Jadi mahasiswa bisa melangkah lebih jauh dan berpikir lebih dalam," ujarnya. "Teknologi akan terus berubah. Yang kami bangun di akademi adalah cara berpikir dan membuat siswa tetap relevan di masa depan."
Challenge-based learning juga menjadi alasan kenapa Apple Developer Academy selalu adaptif. Ketika muncul teknologi baru, termasuk AI, perusahaan tidak memperlakukannya sebagai hambatan. Tantangan tersebut langsung dijadikan bagian dari proses belajar.
Bagi perusahaan berbasis di Cupertino tersebut, pendidikan relevan bukan soal mengejar tren teknologi. Pendidikan harus membentuk pola pikir siap menghadapi perubahan apa pun.
Melalui challenge-based learning, Apple Developer Academy berupaya menyiapkan generasi developer tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga matang dalam cara berpikir dan mengambil keputusan.
Infografis PB Djarum Setop Audisi Beasiswa Bulu Tangkis. (Liputan6.com/Triyasni)