Bukan Ceramah, Ini Cara Apple Developer Academy Mendidik Mahasiswa di Indonesia
14 December 2025, 20:00 WIB
Apple Developer Academy baru saja meluluskan sekitar 500 siswa mereka di Batam, Surabaya, Jakarta, dan Bali. Dalam acara tersebut, Apple menjelaskan bagaimana inovasi di dunia pendidikan tidak selalu lahir dari teknologi terbaru.
Disebutkan, fondasi terpenting di Apple Developer Academy terletak pada metode belajar yang disebut challenge-based learning. Di akademi, siswa langsung hadapkan pada tantangan nyata tanpa panduan langkah demi langkah.
"Di Apple Developer Academy, mahasiswa tidak datang ke kelas hanya untuk mendengar dosen ceramah," Lisa Jackson, Vice President, Environment, Policy, and Social Initiative Apple usai menyampaikan keynote di wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali, baru-baru ini.
Lewat pendekatan ini, mahasiswa tidak duduk pasif mendengarkan ceramah. Sejak hari pertama, mereka langsung dihadapkan pada tantangan nyata tanpa panduan langkah demi langkah.
Ia menjelaskan, "kamu mungkin tidak tahu harus mulai dari mana. Dunia ada di luar sana, buka internet, tanya teman-teman kamu, cari tahu sendiri."
Dengan masuknya teknologi AI justru memperkuat pendekatan tersebut. Hambatan teknis seperti coding kini jauh berkurang berkat bantuan AI. Mahasiswa bisa bekerja lebih cepat menuju tahap berpikir mendalam dan pengambilan keputusan.
Lisa menekankan, kehadiran AI malah membuat proses belajar semakin dalam. Jika sebelumnya coding jadi penghalang bagi sebagian orang, AI kini dapat membantu mahasiswa melompati hambatan teknis.
"Bila dulu coding terasa seperti penghambat, sekarang bisa banyak dibantu dengan AI. Jadi mahasiswa bisa melangkah lebih jauh dan berpikir lebih dalam," ujarnya. "Teknologi akan terus berubah. Yang kami bangun di akademi adalah cara berpikir dan membuat siswa tetap relevan di masa depan."
Challenge-based learning juga menjadi alasan kenapa Apple Developer Academy selalu adaptif. Ketika muncul teknologi baru, termasuk AI, perusahaan tidak memperlakukannya sebagai hambatan. Tantangan tersebut langsung dijadikan bagian dari proses belajar.
Bagi perusahaan berbasis di Cupertino tersebut, pendidikan relevan bukan soal mengejar tren teknologi. Pendidikan harus membentuk pola pikir siap menghadapi perubahan apa pun.
Melalui challenge-based learning, Apple Developer Academy berupaya menyiapkan generasi developer tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga matang dalam cara berpikir dan mengambil keputusan.
Siswa Apple Developer Academy 2025 Diwisuda
:strip_icc():watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,573,20,0)/kly-media-production/medias/5440579/original/061983600_1765438206-Apple_Developer_Academy_Bali_01.jpeg)
Apple Developer Academy di Indonesia hari ini merayakan kelulusan cohort 2025 dari kampusnya di Jakarta, Surabaya, Batam, dan untuk pertama kalinya, Bali.
Kali ini, acara kelulusan angkatan 2025 di Bali ini dihadiri secara langsung oleh Lisa Jackson, Vice President, Environment, Policy, and Social Initiatives Apple.
Ada sekitar 500 lebih siswa dari 69 kota di Indonesia mengikuti akademi Apple tersebut, dan dinyatakan lulus setelah menjalani program intensif selama 10 bulan lamanya.
Sebagai tahun pertamanya di Bali, Apple membuka pintu akademinya tersebut untuk para siswa dari internasional, juga menyebut peserta dari 12 negara lain ikut bergabung di kampus dan menciptakan suasana pertukaran lintas budaya.
Lisa membuka perayaan dengan menyampaikan rasa bangga atas kehadiran para mentor dari Singapura, Ia melihat gairah kuat para peserta, mulai dari budaya, olahraga, hingga kepedulian lingkungan yang ia sebut sebagai hal yang sangat dekat dengan dirinya.
Ia juga menekankan, program ini bukan sekadar ajang belajar coding. Akademi berdiri untuk memberdayakan individu dan komunitas. Para peserta didorong untuk memecahkan masalah nyata lewat teknologi berdampak langsung bagi masyarakat.
"Saya melihat semua yang kami coba lakukan di Apple, yaitu menjadi sumber daya, membantu orang untuk hidup dan menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri," kata Lisa.
Dengan rentang usia dari 18 hingga 56 tahun, angkatan ini terdiri dari pelajar hingga pekerja profesional. Jumlah peserta perempuan juga meningkat hingga 43 persen dibandingkan angkatan sebelumnya.
Apple Developer Academy Luluskan Lebih dari 3.000 Pengembang
:strip_icc():watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,573,20,0)/kly-media-production/medias/5440582/original/060227900_1765438261-Apple_Developer_Academy_Bali_02.jpeg)
Sejak tahun 2018, Apple Developer Academy di Indonesia telah membina hampir 3.000 pengembang melalui kemitraan dengan BINUS University, Universitas Ciputra, dan Infinite Learning.
Di mana para lulusan progarm ini kini bekerja di sektor pendidikan, e-commerce, transportas, hingga menjadi developer iOS menghasilkan aplikasi popuerl di App Store Indonesia. "Semuanya tentang kreativitas, tentang seni, tentang skill pemecahan masalah yang masing-masing dari Anda bawa ke dalam diskusi ini," katanya.
Program yang berlangsung selama 10 bulan ini mencakup dasar-dasar pemrograman, serta bidang seperti desain, pemasaran, dan manajemen proyek; membekali peserta dengan keterampilan lengkap untuk menjadi wirausahawan dan pengembang kelas dunia.
Kurikulumnya juga mencerminkan pendekatan berbasis tantangan (challenge-based learning) milik Apple, yang mendorong pelajar untuk mengatasi tantangan pribadi, komunitas, dan global, serta merancang inovasi secara inklusif untuk memberikan dampak positif bagi dunia.
Hingga saat ini, sebanyak 95 persen lulusan berkontribusi dalam peran bermakna di berbagai bidang. Tidak hanya di sektor teknologi, tetapi juga dalam menghidupkan kembali industri seperti perbankan, media dan telekomunikasi, logistik, serta pemerintahan.
Banyak Lulusan Lanjut ke Program Tahun Kedua
:strip_icc():watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,573,20,0)/kly-media-production/medias/5441309/original/021316000_1765495826-Para_lulusan_Apple_Developer_Academy_2025_01.jpeg)
Lisa juga meyampaikan kekaguman atas kemampuan teknis ditunjukkan pada lulusan. Berbekal machine learning dan AI, proyek buatan para siswa ini mampu menyentuh banyak aspek kehidupan.
"Kamu menggunakan machine learning, memecahkan masalah data kompleks, dan menggunakan tools tersebut untuk melacak pola-pola penting. Untuk menyelamatkan lingkungan laut kita, untuk membuat orang lebih sehat," ucap Lisa.
Semangat kewirausahaan di antara para alumni akademi juga terus berkembang. Hingga tahun 2025, alumni mendirikan dan mengoperasikan hampir 100 perusahaan rintisan (startup) teknologi.
Berbagai perusahaan rintisan tersebut mendorong inovasi di bidang yang sedang berkembang, termasuk teknologi medis dan kesehatan, keberlanjutan lingkungan, serta sektor budaya dan kreatif.
Banyak lulusan juga melanjutkan ke program tahun kedua yang disebut Apple Developer Institute for Entrepreneurship. Program ini merupakan perpanjangan dari Apple Developer Academy, dengan fokus pada praktik membawa aplikasi atau bisnis peserta ke pasar.
Diselenggarakan melalui kemitraan dengan BINUS University, institut ini mempersiapkan teknopreneur generasi berikutnya di Indonesia melalui modul produk, bisnis, dan pemasaran.