Rambut Rontok dan Menipis Saat Menopause? Dokter Ungkap Alasan Medis di Baliknya
15 December 2025, 08:00 WIB
Bagi banyak perempuan, memasuki masa menopause ada banyak perubahan pada tubuh. Mulai dari merasakan sensasi panas secara tiba-tiba, berkeringat di malam hari, perubahan suasana hati, hingga kesulitan tidur. Lalu, sebagian dari perempuan menopause juga mendapati rambut mulai menipis atau rontok lebih banyak dari biasanya.
Kerontokan yang terjadi pada masa menopause terjadi pada setengah perempuan. Berdasarkan review studi 2022 pada jurnal Menopause menunjukkan, sekitar 52 persen wanita berusia 50 hingga 65 tahun mengalami penipisan atau kerontokan rambut.
Perubahan pada rambut sebenarnya bisa dimulai jauh sebelum seorang perempuan mencapai menopause. Di sini menopause mengacu setelah 12 bulan tanpa menstruasi dilansir dari Time pada Senin, 15 Desember 2025.
Sebelum masa menopause yakni fase perimenopause kadar hormon mulai naik-turun tidak beraturan. Estrogen dan progesteron perlahan menurun, sementara hormon androgen cenderung tetap stabil.
Ketidakseimbangan inilah yang kemudian memengaruhi siklus pertumbuhan rambut. Rambut bisa menjadi lebih tipis, teksturnya berubah, kekuatannya berkurang, bahkan struktur folikelnya ikut terpengaruh dan menyebabkan kerontokan.
"Ketika kadar estrogen yang memiliki efek protektif mulai menurun, hormon androgen bisa memberikan dampak negatif pada folikel rambut," ujar dokter kulit dari Howard University College of Medicine, Valerie D. Calendar.
Tanda-Tanda Awal Kerontokan Rambut Berlebihan
Tanda awal kerontokan rambut berlebihan biasanya tampak dari perubahan yang terjadi secara bertahap. Garis rambut bisa terlihat semakin melebar, atau tiba-tiba tampak lebih tinggi dari sebelumnya. Anda juga mungkin mulai menemukan lebih banyak gumpalan rambut di sisir, bantal, atau saluran pembuangan saat mandi.
Selain itu, tiap helai rambut bisa terasa lebih rapuh, kering, atau kasar. Bahkan, kuncir rambut yang dulu terasa tebal bisa tampak mengecil seiring berjalannya waktu.
Profesor dermatologi, Doris Day menjelaskan Perimenopause adalah periode yang penuh gejolak bagi perempuan, dan stres yang muncul di fase ini dapat memicu kerontokan rambut.
Day juga menambahkan, kerontokan rambut pola perempuan juga cenderung semakin nyata selama perimenopause dan menopause, sehingga banyak wanita merasakan perubahan yang cukup drastis pada penampilan rambut mereka.
Mengapa Rambut Rontok Terjadi Selama Menopause?
Rambut manusia sebenarnya terus mengalami proses tumbuh dan rontok setiap hari. Secara normal, seseorang bisa kehilangan sekitar 50 hingga 150 helai rambut per hari. Meski tampak banyak, jumlah itu sangat kecil dibandingkan dengan total sekitar 100.000 helai rambut yang memenuhi kulit kepala.
Setiap helai rambut memiliki siklus hidupnya sendiri dan tidak semuanya berada pada tahap yang sama. Dalam dunia kesehatan rambut, siklus ini terbagi menjadi empat fase. Anagen adalah masa ketika rambut aktif tumbuh. Setelah itu, rambut memasuki catagen, yaitu fase perlambatan pertumbuhan. Berikutnya adalah telogen, masa ketika rambut beristirahat. Terakhir, rambut memasuki fase exogen, yakni saat rambut rontok secara alami untuk memberi ruang bagi rambut baru.
Menurut ahli dermatologi dari News Orleans, Mary Lupo menuturkan, kulit kepala memiliki reseptor yang merespons hormon estrogen. Hormon inilah yang membantu memperpanjang fase anagen, yaitu masa ketika rambut aktif tumbuh.
Saat memasuki masa transisi menuju menopause, kadar estrogen dalam tubuh mulai menurun. Akibatnya, fase pertumbuhan rambut menjadi lebih pendek dan lebih banyak helai rambut masuk ke fase telogen, yaitu fase ketika rambut bersiap untuk rontok. Perubahan inilah yang membuat sebagian wanita mengalami peningkatan kerontokan rambut pada periode tersebut.
Selain itu, perubahan tingkat kerontokan rambut selama masa menopause bisa sangat berbeda pada setiap wanita.
"Tidak semua wanita akan mengalami kerontokan rambut yang berlebihan saat menopause beberapa memang memiliki faktor genetik yang membuat mereka lebih rentan," ujar Callender.
Rambut baru juga bisa tumbuh lebih lambat seiring bertambahnya usia atau saat memasuki masa menopause.
Cara Mengatasi Kerontokan Rambut Saat Menopause
Menurut Lupo, terapi hormon dapat membantu melindungi rambut dari kerontokan dengan menggantikan hormon yang mulai menurun selama menopause. Namun, tidak semua wanita cocok dengan terapi ini. Karena itu, penting untuk berdiskusi dengan dokter untuk mengetahui apakah pilihan tersebut aman dan tepat untuk kondisi Anda.
Obat lain yang dapat membantu menangani kerontokan rambut setelah menopause antara lain finasteride oral dan spironolactone oral.
Day juga menambahkan, untuk mengatasi rambut rontok bisa mencoba terapi merah rumahan. Metode ini membantu meningkatkan aliran darah ke kulit kepala.
Studi dari Annals of Dermatologi membuktikan, paparan cahaya merah dengan intensitas rendah dapat merangsang folikel rambut untuk berkembang dan memperlambat peralihan dari fase pertumbuhan (anagen) ke fase regresi (katagen). Efek ini dapat mendukung pertumbuhan rambut serta membantu memperbaiki folikel yang mengalami kerusakan.
Selain itu hal lain yang bisa dipertimbangkan dengan menanyakan kepada dokter mengenai suplemen nutrisi yang dirancang untuk mendukung pertumbuhan rambut. "Suplemen ini bekerja layaknya pupuk yang membantu menyuburkan rambut," ujar Callender.
Dengan berbagai pilihan perawatan yang tersedia, perlu diingat bahwa manfaatnya hanya akan bertahan jika perawatan dilakukan secara rutin dan terus-menerus. Jika penggunaan dihentikan, efek positifnya pun akan ikut menghilang.
Tips Merawat Rambut agar Tidak Mudah Rontok
Jika Anda mulai menyadari rambut lebih mudah rontok, cobalah mengubah cara merawatnya.
Callender menyarankan penggunaan sampo penambah volume yang dapat membuat batang rambut tampak lebih tebal, serta kondisioner yang baik di ujung rambut untuk mencegah kerusakan. Sementara itu, Lupo merekomendasikan penggunaan serum rambut untuk merangsang pertumbuhan, menjaga kesehatan kulit kepala, dan memperkuat helaian rambut.
Selain itu, pastikan menyisir rambut dengan lembut, dan gunakan sisir khusus rambut basah saat rambut dalam kondisi basah. Kemudian, hindari menarik rambut terlalu keras dengan kuncir kuda atau pengeriting rambut.
Selain itu, batasi perawatan rambut yang berlebihan, seperti pewarnaan atau pelurusan, untuk mencegah kerusakan helai rambut.