Laporan Liputan6.com dari Makkah: Jangan Hanya Belanja dan Makan ke Clock Tower

08 December 2025, 07:00 WIB
Laporan Liputan6.com dari Makkah: Jangan Hanya Belanja dan Makan ke Clock Tower

Pendar sinar hijau dari puncak Clock Tower jadi salah satu pemandangan pertama yang saya ingat ketika rombongan Accor Media Trip tiba di Makkah, Minggu dini hari, 9 November 2025. Panorama serupa terus terlihat berwaktu-waktu setelahnya, karena kami menginap di Pullman Zamzam Makkahyang notabene ada di salah satu towernya.

Kompleks menara ikonis ini umum dikenal sebagai destinasi belanja dan kuliner. Namun, bila ingin membawa pulang pengalaman lain dari sana, Anda bisa menyambangi setidaknya dua museum di The Clock Towers.

Museum of the Prophet's Biography jadi yang pertama kami kunjungi pada Minggu sore. Datang tanpa ekspektasi, saya keluar dari museum di lantai P2 ini dengan penuh rasa kagum. Satu hal yang tidak saya duga, destinasi ini dilengkapi teknologi yang begitu modern.

Museum Biografi Nabi di Clock Tower, Makkah, Arab Saudi. (Liputan6.com/Asnida Riani)

"Museum ini bertujuan memperkenalkan biografi Nabi, teladannya, akhlak mulianya, dan ajarannya yang luwes, dengan pendekatan ilmiah dan riset, menggunakan teknologi terkini, serta alat presentasi paling mutakhir dan kreatif," begitu keterangan pemandu virtual berbasis AI yang membuka tur sebelum kami dipandu seorang pramuwisata dari Indonesia.

Kami diajak melihat perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, mulai dari sebelum kelahirannya hingga setelah Rasulullah wafat. Presentasi setiap ruangannya jauh dari kata membosankan, mulai dari cinema hall, layar interaktif, 3D dan interactive models, sampai ruang imersif, yang seluruhnya membuat saya seolah tersedot ke dalam mesin waktu, kembali ke masa saat Rasulullah masih hidup.

Ruang Imersif di Museum Biografi Nabi

Ruang Imersif di Museum Biografi Nabi

Pengalaman di ruang imersif jadi yang paling menyentuh hati saya. Pasalnya, itu memperlihatkan tahun-tahun terakhir hidup Rasulullah, bagaimana rumahnya dengan Sayyidah Aisyah berubah jadi makam dan kini bagian dari Raudhah di Masjid Nabawi yang selalu dirindukan umat Muslim.

Replika mimbar Nabi Muhammad SAW di Museum Biografi Nabi di Clock Tower, Makkah, Arab Saudi. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Kami juga sempat melihat replika mimbar Nabi Muhammad SAW sebelum akhirnya menyelesaikan tur di museum tersebut. Selain Bahasa Indonesia, museum ini menyediakan tur dalam Bahasa Arab, Inggris, Turki, Urdu, dan Prancis, dengan harga tiket 70 riyal (sekitar Rp 311 ribu) per orang dewasa dan 56 riyal (sekitar Rp 249 ribu) untuk anak-anak 715 tahun.

Keesokan harinya, Senin, 10 November 2025, kami menyambangi The Clock Tower Museum di lantai P9. Pintu masuk museum ini selantai dengan musala pria, yang tentunya juga bisa diakses dari mal.

Clock Tower Museum dan Waktu Paling Akurat

Clock Tower Museum dan Waktu Paling Akurat

Masing-masing dari kami sudah menerima perangkat pemandu suara dalam Bahasa Indonesia sebelum naik menuju lantai teratas museum tersebut. Memadukan sains dan kepercayaan, Clock Tower Museum membawa setiap pengunjung dalam perjalanan melintasi waktu dan alam semesta.

Ini adalah tempat Anda menemukan perkembangan kalender Hijriah, ketepatan perhitungan waktu salat dan pengamatan bulan sabit, serta hubungan antara Bumi dan langit dari perspektif ilmiah. Museum ini memiliki empat lantai interaktif yang memamerkan teknologi visual dan audio terkini.

Pamerannya dilengkapi simulasi pergerakan planet dan bintang, serta berbagai eksperimen dan pameran ilmiah. Menguji perhitungan waktu terakurat di sana, saya dan tiga orang lainnya sempat mencoba memencet tombol penunjuk waktu secara bersamaan.

Sementara jam, menit, dan detik kami sama, hitungan berbedanya dimulai dari milidetik hingga attodetik. Kertas yang keluar sebagai penunjuk jam tersebut bisa Anda bawa pulang.

Salat Zuhur dari Titik Tertinggi di Makkah

Salat Zuhur dari Titik Tertinggi di Makkah

Hingga akhirnya, perjalanan kami diakhiri dengan keluar ke Viewing Deck yang menyajikan pemandangan Ka'bah, Masjidil Haram, dan seluruh Kota Makkah dari titik tertinggi di Kota Suci. Saat itu, azan zuhur berkumandang, sehingga kami dipersilakan untuk menunaikan salat.

Saya pikir, ada musala di bagian dalam museum. Namun ternyata, sajadah digelar untuk saf laki-laki dan perempuan di Viewing Deck ketika masuk waktu salat, yang dilengkapi audio dari Haram. Tersedia pula tempat wudu, yang jarang saya dapati di "musala" lain.

Jadilah siang itu kami menunaikan ibadah salat zuhur dari lantai 77 Clock Tower, ditemani angin Makkahyang untungnya tidak terlalu kencang, meski terasa cukup kering. Tarif tiket museum ini dibanderol 150 riyal (sekitar Rp 667 ribu) per orang, dengan penawaran diskon 10 persen untuk grup terdiri dari 10 orang.

Sumber : Liputan6.com