Siswi Berprestasi di Sukabumi Meninggal, Tulisan Tangan Jadi Petunjuk Polisi Dalami Dugaan Bullying
29 October 2025, 23:57 WIB
Seorang siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) berprestasi di Kabupaten Sukabumi berinisial AK (14) ditemukan meninggal dengan posisi tergantung di rumahnya, Selasa (28/10/2025) malam. Secarik kertas diduga berisi tulisan korban beredar di media sosial.
Menurut Sekretaris Desa Bojong, Dede Nuryadin, peristiwa duka tersebut pertama kali diketahui oleh nenek korban sekira pukul 23.00 WIB.
"Kronologisnya sekitar jam 23.00-an, neneknya keluar mau ke air. Neneknya kurang jelas pas keluar di jalan terhalangi sesuatu yang menggantung. Setelah berteriak minta tolong, ternyata diketahui itu AK (korban)," jelas Dede Nuryadin, Rabu (29/10/2025).
Pihaknya langsung berkoordinasi dengan aparat berwajib, dan puskesmas untuk memeriksa kondisi korban.
"Malam itu juga, sekitar jam 00.00 WIB, kami langsung kontak petugas. Alhamdulillah pada datang Kapolsek, Danramil, puskesmas datang semua termasuk satpol PP," tambahnya.
Dari lokasi kejadian, polisi menemukan secarik surat tulisan tangan yang diduga ditinggalkan oleh korban. Pihak kepolisian telah membawa surat tersebut untuk proses penyelidikan lebih lanjut.
Advertisement
Penyelidikan Dugaan Bullying
Kasat Reskrim Polres Sukabumi Iptu Hartono membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari keluarga korban.
"Kami baru menerima laporan dari keluarganya, langsung kami melakukan penyelidikan. Salah satu fokus kami adalah mendalami dugaan bullying yang mungkin terjadi," singkat Iptu Hartono.
Keluarga korban terdiri dari ibu dan neneknya, sementara ayah korban bekerja di luar kota.
Advertisement
Siswi Aktif dan Berprestasi
Terpisah, Kepala Sekolah Wawan Setiawan mengungkapkan duka mendalam atas kepergian AK. Ia menegaskan bahwa korban merupakan salah satu siswi berprestasi.
"Ananda almarhumah adalah siswa kami yang berprestasi, punya talenta, dan sangat aktif di madrasah ini. Beliau aktif di Pramuka hingga meraih Pramuka Garuda dari Bupati. Hari Senin kemarin bahkan beliau menjadi petugas pengibar bendera," ujar Wawan.
Menurut Wawan, keaktifan dan kondisi psikologis korban di sekolah tampak baik. Korban sempat meminta izin pulang lebih awal pada hari tersebut karena sakit perut, bahkan diantar oleh temannya.
"Secara kasat mata, kami juga tidak percaya dengan kejadian ini," tambahnya.
Wawan Setiawan menegaskan bahwa lingkungan sekolahnya di Cikembar adalah Sekolah Ramah Anak yang menolak segala bentuk kekerasan.
"Bullying di sini itu haram hukumnya. Tidak boleh ada kekerasan verbal maupun fisik. Kami tentu menjadi pelajaran di internal kami," tegasnya.
Pihak sekolah berkomitmen menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran internal dan akan memperketat pengawasan serta layanan Bimbingan dan Konseling (BK) untuk menyelamatkan psikis ratusan siswa lainnya.
"Kami akan kooperatif memberikan informasi yang terbuka kepada pihak kepolisian dan berharap kejadian ini tidak terulang," tutupnya.