Daftar Wilayah yang Diprediksi Akan Diguyur Hujan Sangat Lebat Hari Ini, Salah Satunya Jakarta
16 September 2025, 13:43 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4236989/original/095475400_1669200210-20221123-Cuaca-Ekstrem-Jakarta-Faizal-2.jpg)
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hari ini, Selasa (16/9/2025) sejumlah wilayah di Indonesia akan diguyur hujan dengan berbagai level, mulai dari sedang sampai sangat lebat.
Berdasarkan data yang diterima Liputan6.com, hari ini, ada sejumlah wilayah yang bakal diguyur dengan level waspada atau hujan sedang sampai lebat, diantaranya: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Tengah,Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua , Papua Selatan.
Sementara daerah yang masuk kategori siaga atau hujan lebat sampai sangat lebat, daerahnya diantaranya: Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku Utara.
Adapun ada daerah yang diprediksi ada angin kencang, diantaranya: Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur.
Advertisement
Musim Hujan Diprediksi Datang Lebih Cepat
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4236992/original/054103800_1669200214-20221123-Cuaca-Ekstrem-Jakarta-Faizal-5.jpg)
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan 2025/2026 di Indonesia akan datang lebih awal dari biasanya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991--2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah Indonesia.
"Musim hujan diprediksi berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026, dengan puncak hujan yang bervariasi, sebagian besar terjadi pada November--Desember 2025 di Sumatera dan Kalimantan, serta Januari--Februari 2026 di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua," kata dia seperti dikutip dari laman BMKG, Minggu (14/9/2025).
Jika dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991--2020, sebanyak 294 ZOM (42,1%) diprediksi mengalami awal musim hujan yang lebih cepat (maju), 50 ZOM (7,2%) sesuai normal, dan 56 ZOM (8,0%) lebih lambat (mundur).
Dengan kata lain, mayoritas wilayah Indonesia diperkirakan menghadapi musim hujan lebih cepat dari biasanya.
Advertisement
Sifat Hujan
Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diperkirakan berada dalam kategori normal (69,5%), artinya curah hujan musiman tidak jauh berbeda dari kondisi umumnya.
Namun, terdapat 193 ZOM (27,6%) yang berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, mencakup sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Selain itu, 20 ZOM (2,9%) diprediksi mengalami musim hujan dengan sifat bawah normal.
"Dengan kondisi ini, potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal," jelas Dwikorita.
BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Penyesuaian kalender tanam pertanian, pengelolaan waduk dan irigasi, perbaikan drainase, pengendalian hama di perkebunan, hingga langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini agar dampak dapat ditekan.
Penyebabnya
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3956354/original/075497000_1646741050-20220308-Waspada_Cuaca_Ekstrem_di_Jabodetabek_Hingga_April_2022-4.jpg)
Sementara, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa dinamika musim hujan tahun ini turut dipengaruhi faktor global dan regional.
Pada Agustus 2025, fenomena El Nio--Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral (indeks --0,34), sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik. Namun, Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks --1,2), yang menandakan adanya suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
Selain itu, jelas dia, suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia tercatat lebih hangat (+0,42) dari rata-rata klimatologis, sehingga memicu pembentukan awan hujan lebih intensif. BMKG memprediksi ENSO netral akan bertahan hingga akhir 2025, sedangkan IOD negatif berlangsung hingga November 2025.
"Kondisi musim hujan yang maju dari normal memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini, guna meningkatkan produktivitas sekaligus mendukung upaya swasembada pangan," kata Ardhasena.