Sempat Naik, Tekanan Bearish Harga Emas Dunia Masih Besar
13 August 2025, 12:30 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4723185/original/051536300_1705921815-fotor-ai-2024012218929.jpg)
Harga emas dunia bergerak menguat tipis pada perdagangan Selasa (12/8/2025) kemarin, mencatat kenaikan 0,20% setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk Juli. Kenaikan ini terjadi di tengah dukungan sentimen dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kembali menekan independensi Federal Reserve (The Fed).
Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, meskipun mengalami kenaikan, tren bearish pada harga emas dunia justru semakin menguat. Kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menandakan tekanan jual masih dominan.
"Untuk proyeksi pergerakan untuk hari ini, jika tekanan bearish berlanjut, harga emas berpotensi turun hingga ke level support di USD 3.332. Namun, jika harga gagal menembus support tersebut dan mengalami koreksi, peluang kenaikan terdekat terbuka menuju level resistance di USD 3.365," jelas dia dalam keterangan tertulis, Rabu (13/8/2025).
Pada perdagangan sesi Asia Rabu pagi, harga emas sempat menguat mendekati level USD 3.350 setelah rebound dari titik terendah berhari-hari di sekitar USD 3.330. Penguatan ini didorong oleh meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan September mendatang.
Para pelaku pasar kini juga memproyeksikan peluang penurunan suku bunga lanjutan pada Oktober sebesar 67%, naik dari 55% sehari sebelumnya, berdasarkan data FedWatch CME.
Advertisement
Inflasi AS
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4723186/original/087016300_1705921832-fotor-ai-2024012218923.jpg)
Rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang sesuai ekspektasi turut memengaruhi pergerakan harga. IHK tahunan bulan Juli naik 2,7%, sementara IHK inti tahunan meningkat 3,1%, melampaui perkiraan pasar 3%. Pada basis bulanan, kedua data ini juga mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dari estimasi, masing-masing sebesar 0,2% untuk IHK dan 0,3% untuk IHK inti.
Kenaikan ini memunculkan spekulasi bahwa tekanan inflasi di AS masih cukup kuat, namun The Fed bisa saja mengambil langkah pelonggaran moneter untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Suku bunga yang lebih rendah umumnya menjadi katalis positif bagi emas, karena mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti logam mulia.
Namun, faktor fundamental lain juga membatasi ruang kenaikan. Kemajuan di bidang perdagangan antara AS dan Tiongkok setelah Donald Trump sepakat menunda penerapan tarif besar selama 90 hari telah meredakan kekhawatiran geopolitik yang biasanya mendorong permintaan emas sebagai aset safe-haven.
Advertisement
Tekanan dalam Jangka Pendek
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4474625/original/005217800_1687306893-aesthetic-wallpaper-with-gold-bars.jpg)
Dari sisi komentar pejabat The Fed, Thomas Barkin dari The Richmond menilai kebijakan saat ini berada pada posisi yang tepat, meskipun bank sentral tetap menghadapi tantangan dari sisi inflasi dan pengangguran.
Sementara itu, Jeffrey Schmid dari The Fed Kansas City menyatakan sikap kebijakan yang sedikit ketat masih relevan, dengan pendekatan yang sabar terhadap perubahan suku bunga.
Secara keseluruhan, Andy Nugraha menilai bahwa meskipun emas sempat rebound di awal pekan, tren jangka pendek masih berada di bawah tekanan bearish. Momentum penguatan berpeluang membawa harga menguji level berikutnya, namun jika gagal bertahan, tekanan jual berpotensi kembali mendominasi.