Hijrah Tak Perlu Lebay dan Senorak Itu, Pesan Menyejukkan dari Buya Yahya
19 April 2025, 14:30 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5161830/original/096648300_1741847753-fee198adf8f50039a300c3ba738628e7.jpeg)
Fenomena hijrah di kalangan anak muda kian luar biasa menjamur. Media sosial dipenuhi testimoni, perubahan gaya berpakaian, hingga kutipan-kutipan hadis yang berseliweran setiap hari. Namun, ada satu hal yang patut menjadi renungan, apakah cara hijrah yang dilakukan sudah tepat dan menyejukkan?
Pendakwah KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya, dalam ceramahnya yang dikutip Jumat (18/04/2025) dari kanal YouTube @buyayahyaofficial, memberikan penjelasan penting mengenai fenomena ini.
Ia menyoroti bagaimana sebagian orang yang baru berhijrah justru terjebak dalam sikap berlebihan alias "lebay".
Buya Yahya menjelaskan bahwa hijrah adalah sesuatu yang baik. Namun, ia menekankan pentingnya menjaga kenyamanan diri sendiri dan orang lain. Menurutnya, perubahan menuju kebaikan seharusnya dilakukan dengan penuh kelembutan, bukan dengan sikap menghakimi atau norak.
"Kalau sudah hijrah, jangan lebay. Lebay itu berlebihan, norak," ujarnya tegas namun penuh kelembutan.
Salah satu contoh yang diangkat Buya Yahya adalah soal interaksi antara laki-laki dan perempuan. Ia menyebut, jika seorang laki-laki sudah berhijrah dan ingin menjaga diri dari bersentuhan dengan lawan jenis, maka hindarilah dengan cara halus.
"Kalau tidak mau salaman dengan wanita, cukup hindarilah dengan halus. Jangan sampai perempuan itu tahu. Tidak perlu bilang, 'Astaghfirullah, ini haram!'," ujar Buya Yahya.
Perkataan seperti itu, lanjutnya, bisa menyakiti perasaan orang lain. Bahkan membuat orang merasa seperti berdosa di hadapan kita. Padahal niat kita adalah menjaga diri, bukan menghakimi.
Menurut Buya Yahya, orang yang baru berhijrah seharusnya mencontoh kelembutan Rasulullah dalam menyampaikan kebenaran. Bukan dengan sikap kasar, penuh sindiran, atau merasa paling benar.
Advertisement
Hindari Kebiasaan Ini
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/755894/original/016394700_1414157332-HIJRAH.jpeg)
Ia juga menyinggung kebiasaan segelintir orang yang baru mengenal agama, namun sudah langsung merasa paling suci dan paling syar'i. "Tidak perlu bilang, 'Ini loh kayak saya, syar'i, ahli surga.' Itu malah bikin orang lain risih," katanya.
Buya Yahya mengingatkan, dakwah seharusnya membuat orang nyaman, bukan menjauh. Hijrah bukan untuk pamer keimanan, tapi untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain dengan akhlak yang mulia.
Ia kembali menegaskan bahwa hijrah itu baik, asalkan dibarengi dengan budi pekerti dan kelembutan. "Hijrah itu dengan ucapan lembut. Baik. Dengan akhlak yang mulia. Mengajak dengan pesan yang indah," ungkapnya.
Buya Yahya pun menegaskan, bahwa Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya selalu mengedepankan kasih sayang dan adab yang tinggi. Rasulullah tidak pernah memaksakan kehendak, melainkan mengajak dengan hikmah dan nasihat yang baik.
Buya Yahya menyampaikan pesan penting bagi para pemuda yang baru berhijrah agar tidak terlalu bersemangat tanpa mempertimbangkan kondisi. "Jangan dikit-dikit qla Rasulullah. Malah enek nanti," ujar Buya Yahya, menirukan gaya berlebihan yang kerap muncul.
Menurutnya, meski menyampaikan hadis itu penting, tapi harus tahu tempat dan waktu. Tidak semua momen cocok dijadikan panggung ceramah mendadak, apalagi jika konteksnya tidak sesuai.
Orang yang baru hijrah sebaiknya memperkuat fondasi ilmunya dulu. Jangan baru tahu satu-dua dalil, langsung merasa berhak mengoreksi semua orang di sekitarnya.
Advertisement
Hijrah adalah Perjalanan Sunyi
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/755892/original/022735000_1414157295-desert-camels.jpg)
Buya Yahya menyarankan agar setiap nasihat yang disampaikan harus mempertimbangkan kondisi hati lawan bicara. Karena menyampaikan kebenaran pun ada adabnya.
Hijrah itu, kata Buya Yahya, dilakukan karena Allah dan Rasul-Nya. Bukan karena tren, bukan pula karena ingin tampil beda. Ketulusan dan keikhlasan adalah fondasi utama dalam hijrah.
Sikap rendah hati dan lemah lembut jauh lebih berdampak dalam mengubah hati manusia ketimbang sindiran atau penghakiman yang membungkus diri dengan dalil.
Ceramah Buya Yahya ini menjadi pengingat bahwa hijrah adalah proses spiritual yang dalam. Ia bukan sekadar perubahan penampilan, tapi juga perubahan hati, sikap, dan cara berinteraksi dengan sesama.
Dengan menjadikan akhlak Rasulullah sebagai teladan utama, kita akan lebih mampu menyentuh hati orang lain, bukan malah membuat mereka menjauh.
Hijrah sejati adalah perjalanan sunyi antara seorang hamba dengan Tuhannya, tanpa perlu selebrasi berlebihan. Cukup dengan niat tulus, akhlak baik, dan kasih sayang terhadap sesama.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul