Anak Korban Kekerasan Berpotensi Menjadi Pelaku Kekerasan, Kenali 6 Dampak Kekerasan pada Anak
09 April 2025, 09:18 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4644707/original/082805500_1699698089-Stop_Kekerasan_pada_Anak.jpg)
Kekerasan terhadap anak, baik fisik, emosional, maupun seksual, merupakan masalah serius yang berdampak luas pada perkembangan dan kesehatan mental anak. Dampaknya bisa terlihat langsung atau muncul bertahun-tahun kemudian, bahkan hingga dewasa. Banyak faktor yang berkontribusi pada kekerasan anak, dan konsekuensinya sangat serius, termasuk depresi berat.
Menurut psikolog Ratu Ade Waznah Sofwat dari RS EMC Grha Kedoya Pekayon, "Bentuk kekerasan yang terjadi pada anak dapat berupa kekerasan verbal, kekerasan psikologis, dan kekerasan fisik. Padahal, tindakan kekerasan ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak di kemudian hari dan berpotensi menjadi luka batin yang membekas hingga anak menginjak usia dewasa," Pernyataan ini menyoroti pentingnya memahami dampak jangka panjang kekerasan pada anak dan perlunya intervensi dini.
Bukan sebuah pekerjaan mudah untuk mengembalikan kesehatan mental akibat kekerasan pada anak. Butuh penanganan intensif mengatasi depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya. Namun yang lebih penting adalah tindakan pencegahan supaya tidak terjadi tindak kekerasan pada anak.
Advertisement
Penyebab Kekerasan pada Anak
Kekerasan pada anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor kompleks, mulai dari masalah dalam keluarga hingga faktor sosial budaya. Lingkungan rumah yang tidak harmonis, konflik orangtua, dan kurangnya pengetahuan tentang pengasuhan anak yang tepat dapat memicu kekerasan.
Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan meliputi stres orangtua, masalah ekonomi keluarga, dan kurangnya dukungan sosial. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak buruk kekerasan pada anak juga menjadi penyebab utama berlanjutnya siklus kekerasan.
Selain itu, norma sosial dan budaya yang membenarkan kekerasan dalam keluarga juga memperburuk situasi. Perlu upaya bersama untuk mengubah pola pikir dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan.
"Lebih lanjut, dalam beberapa penelitian menyatakan bahwa korban kekerasan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya, berpotensi cukup besar mengalami kegagalan dalam membangun hubungan asmara dan berkeluarga," papar Ratu.
Advertisement
Efek Kekerasan pada Anak
Kekerasan pada anak berdampak sangat luas dan jangka panjang, baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik, anak bisa mengalami cedera, memar, hingga patah tulang, tergantung jenis dan tingkat kekerasan yang dialaminya.
Dampak psikologis jauh lebih kompleks dan seringkali lebih sulit untuk disembuhkan. Anak yang mengalami kekerasan dapat mengalami trauma psikologis, gangguan tidur, mimpi buruk, dan kesulitan mengendalikan emosi.
Mereka juga cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan, dan memiliki kepercayaan diri yang rendah. Kekerasan bahkan dapat mengganggu perkembangan otak anak dan berdampak pada prestasi akademiknya. "Risiko ini membawa dampak yang besar ketika sudah memasuki usia lanjut, yaitu munculnya masalah demensia."
Kesehatan Mental Akibat Kekerasan pada Anak
Kekerasan pada anak berisiko tinggi menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan gangguan perilaku.
Anak yang mengalami kekerasan cenderung memiliki kesulitan dalam mengatur emosi, sering merasa sedih, marah, atau takut secara berlebihan. Mereka juga mungkin mengalami gangguan tidur, mimpi buruk, dan serangan panik.
Depresi merupakan salah satu dampak paling umum dari kekerasan pada anak. Depresi dapat menyebabkan anak kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya mereka sukai, merasa putus asa, dan bahkan memiliki pikiran untuk bunuh diri. Perawatan profesional sangat penting untuk mengatasi depresi dan trauma yang dialami.
Berikut beberapa dampak kekerasan pada anak yang dapat menyebabkan depresi:
- Trauma Psikologis
- Gangguan Mental
- Perilaku Negatif
- Rendah Diri dan Ketidakpercayaan
- Gangguan Perkembangan Otak
- Penelantaran
Berpotensi Menjadi Pelaku Kekerasan
Kekerasan yang dialami oleh anak-anak dapat berdampak lebih buruk jika mereka sudah menginjak usia dewasa.
Mereka berpotensi melakukan pengulangan hal yang sama, yang mereka alami ketika mereka masih kanak-kanak. Bahkan sering terjadi, jika mereka menjadi orangtua kelak, maka mereka akan melakukan hal yang sama kepada anaknya seperti yang mereka alami di masa kecil.
"Ini akan menjadi siklus yang berulang apabila tidak ada penanganan lebih lanjut yang tepat untuk mengatasi rasa trauma yang terjadi akibat kekerasan yang dialami," kata Ratu.
Penanganan Kekerasan pada Anak
Penanganan kekerasan pada anak harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, tenaga kesehatan, dan lembaga perlindungan anak.
Intervensi dini sangat penting untuk meminimalkan dampak jangka panjang kekerasan dan membantu anak pulih dari trauma yang dialaminya. Konseling dan terapi psikologis dapat membantu anak memproses emosi dan pengalaman traumatis mereka.
Orangtua dan keluarga juga perlu mendapatkan dukungan dan bimbingan untuk mengubah pola asuh dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi anak. Pentingnya pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang kekerasan pada anak juga tidak dapat diabaikan.
Selain itu, perlu adanya sistem hukum dan penegakan hukum yang efektif untuk melindungi anak dari kekerasan dan memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku kekerasan. Kerjasama antar lembaga dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi anak dari kekerasan.
Orangtua yang pernah mengalami kekerasan di masa kecil juga perlu mencari bantuan profesional untuk mengatasi trauma mereka agar tidak mengulangi siklus kekerasan pada anak-anak mereka. "Jika tidak ditangani, maka kondisi ini dapat menyebabkan seseorang mengonsumsi benda- benda terlarang seperti alkohol dan narkoba sebagai bentuk pelarian dalam mengatasi trauma yang dialami," jelas Ratu.
Pencegahan Kekerasan pada Anak
Pencegahan kekerasan pada anak dimulai dari keluarga. Orangtua perlu belajar tentang pengasuhan anak yang positif, membangun komunikasi yang sehat dengan anak, dan menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang.
Pendidikan dan pelatihan bagi orangtua tentang pengasuhan anak yang positif sangat penting untuk mencegah kekerasan. Program-program edukasi yang melibatkan masyarakat luas juga perlu digalakkan.
Selain itu, perlu adanya sistem dukungan sosial yang kuat bagi keluarga yang berisiko melakukan kekerasan pada anak. Layanan konseling dan dukungan bagi orangtua yang mengalami stres atau kesulitan dalam mengasuh anak dapat membantu mencegah terjadinya kekerasan.