Potret Semarak Musim Sakura di Tokyo Jepang, Turis Asing dan Warlok Berebut Momen Indah
01 April 2025, 16:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5179005/original/074878600_1743473211-000_38H22CP.jpg)
Musim bunga sakura bermekaran akhirnya mencapai puncaknya di Tokyo, Jepang, pada Senin, 31 Maret 2025. Musim sakura yang umumnya berlangsung di musim semi itu berhasil menarik perhatian tak hanya warga lokal (warlok), tetapi juga turis asing.
Secara tradisional, musim yang bermakna awal yang baru sekaligus gambaran sifat hidup yang fana itu dirayakan dengan hanami, yang berarti 'melihat bunga'. Orang-orang biasanya berkumpul di bawah sakura bersama keluarga atau kolega sambil menikmati bekal masing-masing.
Tahun ini, tradisi itu berlanjut. Kerumunan orang berbondong-bondong ke lokasi-lokasi terpopuler di kota untuk berfoto dan berpiknik di bawah cabang-cabang gelap elegan yang dipenuhi bunga-bunga berwarna pink dan putih.
"Sejujurnya, rasanya luar biasa berada di sini. Sejujurnya lebih baik dari yang kami harapkan. Dan ini hanya terjadi sesekali dan hanya untuk waktu yang singkat," kata Christian Sioting, seorang wisatawan dari Filipina, kepada AFP, dikutip Selasa (1/4/2025). "Ini adalah pengalaman yang cepat berlalu dan kami sangat senang bisa berada di sini dan menyaksikannya mekar penuh juga."
Melemahnya yen berhasil menarik lebih banyak turis asing ke Jepang daripada sebelumnya, dengan angka kunjungan wisman secara nasional yang dirilis pada Januari menunjukkan rekor sekitar 36,8 juta kedatangan tahun lalu. "Melihat foto adalah hal yang berbeda, tetapi berada di sini, (untuk) benar-benar melihat sakura di mata Anda... itu benar-benar luar biasa," kata Ralf Ng dari Hong Kong.
Advertisement
Sakura Mekar Lebih Awal
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5179008/original/062800000_1743473606-000_38GZ9WF.jpg)
Warga lokal pun tak mau kalah. Penduduk Tokyo bernama Kayoko Yoshihara (69) mengatur piknik tahunan untuk melihat bunga dengan teman-temannya, termasuk satu yang diadakan minggu lalu saat pohon sakura mulai bermekaran.
"Setelah melewati musim dingin yang dingin, bunga sakura mekar dan membuat Anda merasa termotivasi untuk menuju musim panas," katanya kepada AFP.
Perawat Nanami Kobayashi (31) mengatakan puncak musim mekar membuatnya kehilangan kata-kata. "Saat pohon-pohon mekar penuh, begitu indahnya sehingga Anda hanya menjadi bisu," katanya.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) pada Minggu, 30 Maret 2025, menyatakan bahwa varietas pohon sakura somei yoshino yang paling umum dan populer di negara itu mekar penuh di Tokyo. Meskipun tanggal mekar tahun ini masih sesuai prediksi, JMA mengatakan bahwa perubahan iklim dan efek pulau panas perkotaan menyebabkan sakura mekar sekitar 1,2 hari lebih awal setiap 10 tahun.
Itu pula yang terjadi pada 2022 lalu. Musim mekarnya bunga sakura yang datang lebih awal itu tidak hanya terjadi di Tokyo, tetapi semua lokasi utama di seluruh Jepang.
Advertisement
Etika Melihat Bunga Sakura di Jepang
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5179009/original/018987000_1743473608-000_38GZ4G4.jpg)
Di Jepang, merusak pohon sakura termasuk ke dalam kejahatan merusak properti. Mematahkan dahan sakura yang tumbuh di tempat umum seperti taman juga melanggar undang-undang dan ada sanksinya. Tindakan tersebut termasuk menggoyangkan pohon atau dahan dengan keras hingga bunganya berjatuhan.
Mengutip situs resmi Japanese Law pada Selasa, 16 April 2024, pelanggaran tersebut diatur dalam hukum pidana pasal 261 tentang kerusakan properti yang berbunyi:
"Seseorang yang merusak harta benda melebihi apa yang ditentukan dalam tiga pasal sebelumnya diancam dengan hukuman penjara paling lama tiga tahun, denda tidak lebih dari 300 ribu Yen (sekitar Rp31 juta), atau denda kecil".
Namun, kejahatan merusak properti adalah "kejahatan pribadi" yang tidak dapat dihukum tanpa pengaduan, sehingga pengaduan harus diajukan oleh pemilik pohon sakuranya sendiri. Dalam kasus ini, pohon sakura tersebut berada di taman umum.
Oleh karena itu, yang berhak mengajukan pengaduan adalah pihak pemerintah daerah seperti kota, desa, prefektur, dan pihak lainnya. Jika pemerintah daerah ini mengajukan pengaduan, mereka dapat dihukum karena kerusakan properti secara pidana.
Sejarah Tradisi Hanami di Jepang
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5179010/original/094151500_1743473609-000_38H22T2.jpg)
Pada abad ke-8, pada zaman Nara di Jepang, masyarakat kelas atas mulai mengadakan pesta seperti piknik di bawah pohon plum, atau ume. Mengutip My Modern Met, bunga sakura yang mekar sebulan lebih awal dibandingkan bunga sakura lainnya, secara historis dikenal sebagai "bunga penting pertama yang mekar di musim semi".
Namun, selama periode Heian (794 hingga 1185), orang-orang juga mulai mendirikan kemah di bawah dahan pohon sakura. Akhirnya, popularitas bunga sakura melampaui ume.
Selama berabad-abad orang-orang di Jepang merayakan berkumpul di bawah pohon sakura saat bunganya sudah mekar sempurna. Mengutip Time pada Selasa, 16 April 2024, karena kuncupnya cenderung mekar sekaligus dan layu dengan cepat, mereka menjadi simbol "sesuatu yang cepat berlalu" atau sesuatu yang sejalan dengan prinsip Buddhis, harus dinikmati sebelum terlambat, kata Bruce L. Batten, sejarawan Jepang.
Bunga sakura tetap menjadi bunga paling penting dalam budaya Jepang kontemporer. Kehadirannya selalu diperingati di sejumlah pesta mewah di seluruh negeri seperti yang paling populer adalah Okinawa, Kyoto, Tokyo, dan Hirosaki.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2794493/original/044213200_1556795360-Infografis_Naruhito_Kaisar_Baru_Jepang.jpg)