China Siap Tindak Tegas Penyebar Hoaks di Pasar Saham
17 March 2025, 06:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2216036/original/093247000_1526473912-20180516-IHSG-2.jpg)
Otoritas sekuritas China berencana meningkatkan pengawasan terhadap berita palsu di pasar saham yang semakin marak akibat penggunaan kecerdasan buatan (AI).
Menurut laporan media pemerintah, regulator akan bekerja sama dengan kepolisian dan otoritas dunia maya untuk menindak tegas para pelaku penyebaran informasi menyesatkan yang dapat merugikan investor.
Dilansir dari Yahoo Finance, Senin (17/3/2025), Securities Times melaporkan pengawas sekuritas akan menerapkan kebijakan "menindak lebih awal, menindak tegas, dan menindak langsung" guna mencegah penyebaran berita palsu yang dapat memanipulasi pasar.
Shanghai Securities News menambahkan AI kini menjadi alat baru untuk menciptakan dan menyebarkan informasi yang menyesatkan. Pelaku pasar yang kurang berhati-hati bisa terjebak dalam janji investasi menggiurkan yang ternyata hanya manipulasi belaka.
Kemunculan DeepSeek
Tren ini semakin terlihat dengan munculnya perusahaan AI China seperti DeepSeek, yang membuat investor ritel dan manajer dana mulai mengandalkan AI untuk mengevaluasi perusahaan dan mengambil keputusan investasi.
Namun, penggunaan teknologi ini juga menimbulkan risiko besar, terutama jika investor terjebak oleh informasi palsu yang dibuat oleh AI.
Sebagai langkah pencegahan, Komisi Pengawasan Sekuritas Tiongkok akan lebih aktif dalam mengklarifikasi rumor yang beredar di pasar saham. Securities Times menegaskan bahwa regulator akan memperkuat edukasi serta panduan bagi investor untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap informasi yang tidak valid.
Langkah ini diumumkan bertepatan dengan peringatan Hari Hak Konsumen Sedunia pada 15 Maret, sebuah momentum tahunan yang dimanfaatkan oleh pemerintah China untuk meningkatkan kesadaran akan perlindungan konsumen, termasuk dalam dunia investasi.
Advertisement
Kapitalisasi Saham AS Susut
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4883223/original/030233500_1720093649-20240704-IHSG-ANG_5.jpg)
Sebelumnya, Kapitalisasi pasar telah susut triliunan dolar Amerika Serikat (AS) setelah koreksi indeks S&P 500 sebesar 10 persen dari rekor tertinggi.
Mengutip CNBC, Sabtu (15/3/2025), kapitalisasi pasar S&P 500 pada puncaknya pada 19 Februari mencapai USD 52,06 triliun, menurut FactSet. Penurunan pada Kamis membuat nilai pasar indeks turun menjadi USD 46,78 triliun. Hal itu berarti total kerugian sekitar USD 5,28 triliun atau sekitar Rp 86.365 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.357) dalam tiga minggu.
Penurunan ini terjadi di bawah bayang-bayang perang dagang Presiden AS Donald Trump yang sedang berkembang dengan beberapa mitra dagang utama AS.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4112073/original/098823700_1659528503-IHSG_Ditutup_Menguat-Angga-3.jpg)
Selain itu, ada sentimen tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang melambat, dengan survei sentimen konsumen yang lemah dan prospek yang suam-suam kuku dari ritel seperti Walmart.
"Interaksi kami dengan klien menunjukkan suasana hati sedang berubah. Sementara banyak yang melihat pembicaraan tentang resesi sebagai sesuatu yang premature, kekhawatiran tentang kebijakan yang tidak menentu dari pemerintahan baru berlimpah, dengan pajak ketidakpastian yang hantam ekspektasi pertumbuhan," ujar Barclays Strategist Emmanuel Cau seperti dikutip dari laman CNBC.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan itu tampaknya adalah melemahnya pertumbuhan perdagangan yang terkait kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Sejak 19 Februari, saham Nvidia turun 17 persen dan Roundchill Magnificent Seven ETF telah turun 16 persen.