3 Makanan Terbaik untuk Buka Puasa Menurut UAH, Jangan Salah Kaprah!
17 March 2025, 16:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5159678/original/036232600_1741753968-IMG-20221008-WA0005.jpg)
Berbuka puasa adalah momen yang sangat dianjurkan untuk dilakukan dengan baik sesuai sunnah Nabi. Namun, banyak orang yang masih salah kaprah dalam memilih makanan terbaik untuk berbuka puasa Ramadhan.
Pendakwah Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH), menjelaskan tiga makanan terbaik untuk berbuka puasa.
Menurut UAH, makanan yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW saat berbuka bukanlah gorengan, melainkan makanan yang dapat segera mengembalikan energi tubuh. Salah satu makanan yang paling utama adalah kurma.
Kurma terbagi menjadi dua jenis, yaitu rutub dan tamar. Rutub adalah kurma yang masih basah dan memiliki kandungan glukosa lebih tinggi, sedangkan tamar adalah kurma yang telah dikeringkan. Di Timur Tengah, rutub lebih mahal karena manfaatnya yang lebih besar.
Dalam sebuah tayangan di kanal YouTube @audio.dakwah, UAH menjelaskan bahwa jika seseorang tidak memiliki kurma, bisa menggantinya dengan makanan manis lainnya untuk buka puasa. Yang terpenting adalah mendapatkan energi sebelum melaksanakan sholat Maghrib.
Salah satu pengganti kurma yang dianjurkan adalah kolak. Makanan manis khas Indonesia ini memiliki manfaat yang hampir sama dengan kurma dalam mengembalikan energi tubuh setelah seharian berpuasa.
Advertisement
Kurma Bisa Diganti Dengan yang Lainnya
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3103045/original/028636700_1586946369-001991900_1435207162-kolak-pisang.jpg)
UAH menekankan bahwa berbuka dengan makanan manis bukan sekadar kebiasaan, tetapi memiliki dasar dalam sunnah. Manisnya makanan dapat segera diserap tubuh dan memberikan energi yang cukup untuk beraktivitas setelah berbuka.
Namun, jika seseorang tidak memiliki kurma ataupun makanan manis, maka cukup berbuka dengan air putih. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan meneguk beberapa tegukan air sebelum melaksanakan sholat Maghrib.
Air yang dianjurkan adalah air yang jernih dan bersih, agar dapat melembapkan tenggorokan dan membantu tubuh kembali segar setelah berpuasa.
Bagi yang tidak memiliki makanan manis maupun air putih, tidak perlu merasa berkecil hati. Menurut UAH, pahala berbuka tetap didapatkan meskipun hanya dengan air, karena maknanya tetap sama, yaitu menyegerakan berbuka.
UAH juga menjelaskan bahwa dalam hadis Abu Daud nomor 2357 yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiallahu ta'ala anhuma, disebutkan tentang keutamaan menyegerakan berbuka dengan sesuatu yang manis.
Selain itu, hadis lain yang tercatat dalam Abu Daud nomor 2358 juga menyebutkan pentingnya berbuka dengan makanan yang memberikan energi bagi tubuh.
Meski ada perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait beberapa hadis, UAH menegaskan bahwa yang lebih kuat adalah hadis yang tidak diperselisihkan, yaitu berbuka dengan kurma atau makanan manis lainnya.
Advertisement
UAH Sarankan Jangan Berlebihan
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5163355/original/002475700_1742006120-IMG-20250314-WA0010.jpg)
Karenanya, umat Islam tidak perlu mempersoalkan pilihan makanan selama tetap berpegang pada sunnah. Jika ada yang ingin berbuka dengan kurma, itu baik. Jika dengan kolak atau makanan manis lain, juga tidak masalah.
UAH juga mengingatkan agar tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan berbuka. Sunnah Rasulullah adalah makan secukupnya agar tidak mengganggu ibadah setelahnya.
Masyarakat Indonesia sering kali terbiasa mengonsumsi gorengan saat berbuka, padahal makanan ini tidak termasuk dalam anjuran utama Rasulullah.
Menurut UAH, gorengan tidak memiliki manfaat yang sama dengan makanan manis seperti kurma atau kolak. Kandungan minyaknya justru bisa menyebabkan masalah pencernaan setelah seharian berpuasa.
Selain itu, makanan yang terlalu berat saat berbuka bisa membuat tubuh terasa lemas dan mengganggu pelaksanaan sholat Maghrib dan Tarawih.
Karenanya, UAH menyarankan agar berbuka dengan sesuatu yang ringan terlebih dahulu, baru setelah sholat Maghrib mengonsumsi makanan yang lebih berat.
Kebiasaan Rasulullah adalah berbuka dengan kurma atau air, kemudian baru makan setelah sholat. Pola ini sangat dianjurkan karena membantu tubuh menyesuaikan diri setelah puasa.
Kesimpulannya, tiga makanan terbaik untuk berbuka menurut UAH adalah kurma, makanan manis seperti kolak, dan air putih.
Masyarakat Indonesia tidak perlu memaksakan diri untuk berbuka dengan kurma jika tidak ada. Makanan khas Indonesia yang memiliki kandungan gula alami bisa menjadi alternatif.
Yang terpenting adalah tidak berlebihan dan tetap menjaga pola makan yang sehat agar puasa bisa dijalani dengan baik serta ibadah setelahnya tetap lancar.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul