Harga Emas Terus Cetak Rekor Gara-Gara Donald Trump
15 March 2025, 19:11 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4721215/original/050847100_1705711212-fotor-ai-2024012073921.jpg)
Harga emas sentuh rekor tertinggi pada Jumat, 14 Maret 2025. Harga emas sentuh posisi USD 3.000 per ounce. Analis menilai, lonjakan harga emas itu didorong kebijakan tarif dagang Amerika Serikat sehingga meningkatkan ketidakpastian di dunia. Hal itu juga mendorong investor beralih ke emas, aset safe haven tradisional.
Mengutip Global Times, ditulis Sabtu (15/3/2025), harga emas berjangka COMEX naik 0,37 persen ke posisi USD 3.002,5 per ounce pada Jumat pekan ini. Harga emas spot di London juga naik 0,1 persen menjadi USD 2.989,53 per ounce.
Seiring harga emas yang mencapai rekor tertinggi, total kapitalisasi pasar mencapai USD 20,13 triliun, aset terbesar di dunia yang menunjukkan peningkatan sekitar USD 6 triliun dibandingkan Maret 2024. Hal itu berdasarkan CompaniesMarketCap, jaringan pemeringkatan kapitalisasi pasar pada Jumat ini.
"Permintaan emas sebagai aset safe haven telah meningkat secara signifikan karena kebijakan perdagangan AS telah memicu ketidakpastian pasar," ujar Peneliti Senior di Chongyang Institute for Financial Studies Renmin University of China, Dong Shaopeng.
Sementara itu, dalam sebuah catatan kepada klien, BNP Senior Commodity Strategist David Wilson menuturkan, AS mengeluarkan serangkaian ancaman tarif dagang oleh Presiden AS Donald Trump dan menyelaraskan kembali hubungan internasional telah menambahkan lapisan baru ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik yang memberikan dorongan signifikan bagi emas, demikian dikutip dari Yahoo Finance.
Analis Mizuho Robert Yawger menuturkan, ketidakpastian terkait tarif memicu pelarian ke aset yang lebih aman. "Dengan tidak ada tempat untuk bersembunyi selain menyimpan uang tunai di logam mulia yang mencatat rekor tertinggi sepanjang masa," ujar dia.
Advertisement
Sentimen Lainnya
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3596913/original/059240100_1633708445-Harga_emas.jpg)
Selain itu, data inflasi AS Februari berada di bawah ekspektasi, dengan tingkat pertumbuhan CPI tahun-ke-tahun mencapai level terendah sejak November tahun lalu. Perkembangan ini untuk sementara meredakan kekhawatiran tentang stagflasi di AS dan menciptakan ruang bagi the Federal Reserve (the Fed) untuk menerapkan pemotongan suku bunga, kata para analis.
"Ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga Federal Reserve AS menguat, melemahkan daya tarik dolar AS dan mengurangi biaya kepemilikan emas. Hal ini mendorong masuknya dana ke pasar emas," kata Analis emas senior di Bank Urumqi, Zhou Yinghao kepada Global Times pada Jumat.
Selain itu, Zhou mencatat bank sentral di seluruh dunia secara signifikan meningkatkan pembelian emas untuk melindungi diri dari risiko terkait dolar AS, yang mendorong emas menjadi alat investasi yang terdiversifikasi.
Advertisement
Aksi Beli oleh Bank Sentral
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4723186/original/087016300_1705921832-fotor-ai-2024012218923.jpg)
Menurut World Gold Council, bank sentral melaporkan 18 ton pembelian bersih pada awal 2025. Bank sentral pasar berkembang tetap berada di garis depan pembelian bersih, dengan Uzbekistan, Tiongkok, dan Kazakhstan sebagai tiga pembeli teratas.
World Gold Council mencatat bank sentral terus memainkan peran penting dalam permintaan emas global, dengan pola pembelian mereka dipengaruhi oleh pergeseran ekonomi dan geopolitik. Banyak bank sentral tampaknya secara strategis memanfaatkan penurunan harga sementara sebagai peluang pembelian, sementara penjualan tetap terbatas dan sebagian besar bersifat taktis selama reli harga.
Daya tarik emas sebagai aset safe haven yang berkembang pesat mungkin akan melonjak ke rekor tertinggi USD 3.500 per ounce pada kuartal ketiga, menurut analis Macquarie Group.
World Gold Council memperkirakan prospek pertumbuhan moderat namun positif untuk harga emas pada 2025. "Sisi positif dapat berasal dari permintaan bank sentral yang lebih kuat dari yang diharapkan, atau dari memburuknya kondisi keuangan secara cepat yang menyebabkan aliran dana ke pasar yang lebih berkualitas," demikian bunyi laporan WGC tentang Prospek Emas 2025.
"Harga emas di masa mendatang terutama bergantung pada kebijakan suku bunga AS dan peristiwa geografis dalam jangka pendek, serta restrukturisasi sistem moneter dan risiko kredit negara AS dalam jangka panjang, kata Zhou.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4995048/original/088256300_1730975735-Infografis_SQ_Efek_Donald_Trump_Menang_Pilpres_AS_ke_Perekonomian_Global.jpg)