Kepala BPOM Taruna Ikrar Ungkap Fakta Ilmiah Puasa: Dari Regenerasi Sel hingga Ketakwaan
14 March 2025, 17:01 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5163081/original/026811200_1741945321-Taruna_Ikrar.jpg)
Puasa bukan sekadar ibadah, tetapi juga mukjizat bagi kesehatan manusia. Pesan ini disampaikan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar dalam ceramah inspiratifnya di Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar, pada Kamis (13/3/2025).
Dalam kesempatan tersebut, ia mengulas manfaat puasa dari perspektif kesehatan dan neurosains, sejalan dengan komitmen BPOM dalam mengedukasi masyarakat tentang pola konsumsi obat dan makanan yang sehat selama Ramadan.
Dalam ceramah yang turut dihadiri oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, Prof. Nadjamuddin Abd. Safa, Taruna Ikrar menekankan bahwa perintah puasa dalam Al-Qur'an, Surat Al-Baqarah ayat 183, membawa hikmah besar bagi kesehatan tubuh dan ketakwaan seseorang.
Puasa dan Mukjizat Kesehatan
Dari segi kesehatan, Taruna Ikrar mengungkapkan bahwa puasa dapat memperlambat penuaan dan melindungi tubuh dari berbagai penyakit berbahaya, dikutip dari laman BPOM.
"Banyak ahli gizi menyarankan kita berpuasa, bukan hanya karena aspek spiritual, tetapi juga karena manfaatnya bagi kesehatan. Saat kita berpuasa selama kurang lebih 16 jam, ada tiga proses fisiologis penting yang terjadi di dalam tubuh," jelasnya.
Proses pertama adalah glikolisis, yaitu pemecahan glukosa. Dalam delapan jam pertama puasa, tubuh menggunakan cadangan energi dari makanan yang dikonsumsi saat sahur. Selanjutnya, karena tidak ada lagi asupan makanan, tubuh mulai menggunakan cadangan lemak sebagai sumber energi.
"Proses ini membantu membersihkan pembuluh darah dari 'simpanan' yang berpotensi menjadi sumber penyakit," tambahnya.
Proses berikutnya adalah autofagi, yakni mekanisme tubuh untuk membuang sel-sel rusak dan menggantinya dengan sel baru melalui regenerasi. Proses ini berkontribusi dalam mencegah berbagai penyakit metabolik, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit degeneratif lainnya, termasuk kanker dan penyakit jantung koroner.
Advertisement
Dampak Positif Puasa terhadap Otak dan Emosi
Tak hanya bagi tubuh, puasa juga berdampak luar biasa bagi otak. Taruna Ikrar menjelaskan bahwa puasa dapat membantu mencegah penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson.
"Selain itu, puasa juga berperan dalam menyeimbangkan hormon, meningkatkan daya ingat, dan mengendalikan emosi, yang pada akhirnya memperkuat ketakwaan seseorang," paparnya.
Hal ini berkaitan dengan tiga mekanisme utama dalam sistem saraf selama berpuasa, yakni neuroplastisitas, neurogenesis, dan neurokompensasi.
"Struktur neurosinaptik manusia bisa berubah dalam waktu sekitar satu bulan. Jika sebelum Ramadan kita cenderung berpikiran negatif, setelah satu bulan puasa yang diisi dengan ibadah dan aktivitas positif, struktur neurosinaptik ini bisa berubah. Kita menjadi pribadi yang lebih optimis dan semangat," ujarnya.
Advertisement
Puasa sebagai Jalan Menuju Kesehatan dan Ketakwaan
Menurut Taruna Ikrar, puasa adalah proses penyucian diri secara fisik dan mental. Tubuh menjadi lebih sehat dengan dikeluarkannya racun-racun yang berpotensi menimbulkan penyakit, sementara otak menjadi lebih segar dan tajam. Selain itu, puasa juga membawa pahala besar dan mendekatkan manusia kepada Tuhan.
Mengakhiri ceramahnya, ia mengajak para jamaah untuk tetap semangat dalam menjalankan ibadah puasa hingga akhir Ramadan, sambil menjaga pola makan yang sehat.
"Pastikan asupan gizi seimbang, perhatikan kadar garam, gula, dan lemak dalam makanan, serta konsumsi obat-obatan yang aman dan bermutu jika diperlukan. Kalau ingin menjadi manusia yang sehat, bahagia, dan memiliki pemikiran yang baik, berpuasalah. Semoga kita menjadi hamba yang bertakwa dan kembali fitri di akhir bulan Ramadan," tutupnya.