BMKG Ingatkan Ancaman Tsunami Saat Mudik Lebaran, Apa Antisipasinya?
14 March 2025, 00:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5162185/original/086303500_1741861583-673_x_373_rev__3_.jpg)
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan potensi tsunami di wilayah pesisir Indonesia, salah satunya di Jalan Underpass Lintas Selatan Kulonprogo, Yogyakarta.
Hal itu disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rapat kerja terkait persiapan infrastruktur dan transportasi mudik dengan anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa, 12 Maret 2025.
Kondisi ini, kata Dwikorita, harus diwaspadai semua pihak, terutama dalam menghadapi arus mudik Lebaran Idulfitri 2025.
"Titik risiko yang perlu diwaspadai salah satunya, ya, Jalan Underpass Lintas Selatan Bandara Yogyakarta di Kulonprogo. Underpass di situ adalah zona rawan tsunami," kata Dwikorita.
Pada periode perjalanan mudik lebaran tahun ini, Dwikorita menyarankan kementerian teknis bisa menerapkan skema buka tutup lalu lintas pada ruas masuk ke jalan underpass yang berupa terowongan itu, sekaligus menyosialisasikannya sejak dini ke masyarakat.
Dwikorita menilai sistem buka tutup ini dapat mengurangi kepadatan volume kendaraan yang melintas dalam terowongan, dan itu juga akan membantu sebagai bentuk mitigasi bila tsunami di laut Pantai Selatan sewaktu-waktu terjadi.
Kepada Liputan6.com, Dwikorita menegaskan bahwa peringatan yang disampaikannya tidak mengkhususkan pada momen mudik Lebaran 2025. Dia menyatakan potensi tsunami kapan pun bisa terjadi, tidak melihat momen khusus.
"Kita enggak ada yang tahu, ada mudik ataupun tidak, potensi kan masih ada. Di Indonesia ini kan memang secara alami negaranya itu kan dari tumbukan-tumbukan lempeng yang mengakibatkan bisa terjadi patahan di dasar laut. Nah, patahan di dasar laut, dan kalau patahannya itu ada elemen gerak vertikal yang bisa menghentak tubuh air laut, dihentakkan secara vertikal, maka akan menghempas ke arah pantai dan disebut tsunami," jelas Dwikorita Karnawati, Kamis, 13 Maret 2025.
Oleh karena itu, dalam berbagai kesempatan, BMKG gencar melakukan mitigasi tsunami. Langkah ini penting dilakukan agar masyarakat, khususnya yang tinggal di wilayah pesisir, paham dan sadar tentang bahaya tsunami.
"Sehingga memang kita, bangsa kita saat ini sedang menggalakkan upaya mitigasi tsunami. Itu sudah program nasional lah ya. Nah, tapi kita enggak kaitkan dengan mudik, gitu lho," kata Dwikorita.
Baca juga Waspada, Bagaimana Tsunami Terjadi dan Mengapa Kita Harus Siaga?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5162186/original/064767100_1741861621-HL__4_.jpg)
Advertisement
Tingkatkan Kewaspadaan dan Mitigasi Tsunami
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4798082/original/065173300_1712562383-Snapinsta.app_435373142_1110563700208369_219753437277870260_n_1080.jpg)
Dwikorita mengimbau masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan tsunami, sudah sepatutnya waspada.
"Bagaimana caranya waspada? Kita harus mengenali daerah pantai-pantai mana yang rawan tsunami. Itu kan sudah ada petanya. Lalu dipasangi jalur-jalur evakuasi. Ada peta dulu, peta bahaya tsunami. BNPB mengeluarkan ya. Kemudian dari BMKG juga ada peta bahaya ya. Saling melengkapi," kata Dwikorita.
Kemudian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama BMKG serta pihak terkait memasang rambu-rambu evakuasi dan membuat tempat evakuasi.
"Itu program rutin yang dilakukan BNPB, BMKG, dan lembaga LSM, terutama di Sumatera Barat itu sangat kuat ya masyarakatnya untuk mengantisipasi itu. Sudah berlangsung beberapa tahun," kata Dwikorita.
Bukan hanya itu, sistem peringatan dini juga harus dibuat. "Nah ini tugas BMKG. Sistem peringatan dini kan juga sudah ada. Cuma harus selalu dijaga ketepatan dan akurasinya. Itu tugas BMKG," ujarnya.
Selain itu, kata Dwikorita, BNPB juga sudah mencanangkan desa tangguh bencana. Termasuk bencana tsunami, dimitigasi sampai ke level desa.
"Jadi maksud saya enggak ada yang spesial jelang mudik, gitu ya. Enggak khusus kaitannya dengan mudik, karena itu program rutin nasional dan daerah juga. Bahkan sampai ke desa," Dwikorita menekankan.
Sementara itu, Ketua Tim Humas BMKG DIY Stasiun Geofisika Sleman, Ayu K Ekarsti, mengatakan wilayah pesisir selatan Yogyakarta memang sejak lama dikenal sebagai daerah rawan tsunami.
Bukan tanpa sebab, merunut sejarahnya, Yogyakarta sering dilanda gempa besar, salah satunya gempa Jogja 2006.
"Di Yogyakarta ada Sesar Opak, tsunami merupakan bencana ikutan yang diakibatkan gempa besar yang bersumber dari pergerakan lempeng di laut," kata Ayu kepada Liputan6.com, Kamis, 13 Maret 2025.
Ayu menegaskan, daerah rawan tsunami tentunya adalah daerah yang berada dekat dengan sumber pembangkit tsunami, untuk di Yogyakarta sendiri berada di pesisir selatan wilayah DIY.
"Tapi jangan panik, kita sudah membangun kesiapsiagaan di DIY. Mohon dukungan untuk selalu menjaga fasilitas yang sudah dibangun," kata Ayu.
Wilayah Jalan Underpass Lintas Selatan Bandara Yogyakarta sendiri masuk dalam Kelurahan Glagah. Menurut Ayu, kelurahan itu telah diakui secara internasional sebagai desa tangguh tsunami yang telah memiliki fasilitas dalam upaya mitigasi bencana tsunami.
"Mitigasi yang perlu pemudik lakukan adalah jangan panik. Perhatikan kondisi sekitar, perhatikan rambu evakuasi, selalu menjaga fasilitas terkait mitigasi bencana," ujar Ayu.
Baca juga Ada Rekonstruksi Efisiensi, BMKG Pertahankan Anggaran untuk Deteksi Gempa dan Tsunami
Advertisement
Kesiapan Polri Hadapi Potensi Tsunami di Musim Mudik
Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Kakorlantas Polri), Inspektur Jenderal Agus Suryo Nugroho, menyatakan pihaknya sudah menyiapkan langkah antisipasi terkait berbagai bencana dalam arus mudik Lebaran 2025, termasuk potensi tsunami.
"Kalau BMKG itu kan baru prediksi ya, prediksi boleh-boleh saja. Tetapi yang skenario daripada persiapan, cara bertindak, itu kan juga harus kita persiapkan. Bagaimana skenario untuk mengurai kepadatan, bagaimana skenario untuk melakukan one way, bagaimana skenario ketika kontingensi, itu sudah ada," ujar Agus kepada Liputan6.com, Kamis, 13 Maret 2025.
Polri, kata Agus, sudah menyiapkan langkah emergensi dalam menghadapi bencana alam. Personel di lapangan juga, menurut Agus, sudah diberikan pembekalan dalam menghadapi berbagai kemungkinan. Sehingga, ketika bencana terjadi, personel di lapangan sudah dapat mengatasinya.
"Ketika kita bicara Jalur Selatan, Nagreg, dan seterusnya, ketika nanti cuacanya ekstrem, bagaimana CB-nya (cara bertindak). Dari CB netral, dari CB kuning, merah, sampai kontingensi, kita sudah persiapkan semuanya," Agus menambahkan.
"Termasuk standby alat berat, standby kendaraan-kendaraan berat ketika terjadi longsor, ketika terjadi hujan deras. Tentunya dari CB ekstrem pun kita sudah kita persiapkan semuanya," Agus menambahkan.
Salah satu upaya Polri memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam aktivitas mudik adalah menggelar Operasi Ketupat 2025. Kata Agus, operasi ketupat bukan saja menyelesaikan masalah yang terjadi, tapi juga menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran.
"Dari pemeliharaan, keamanan dan ketertiban masyarakat, kaitannya juga nanti manakala ada peristiwa-peristiwa yang urgen atau kontingensi, itu kan ada Brimob, ada Sabhara, ada Polairud. Ini juga kita siapkan untuk tenaga-tenaga cadangan, berkaitan dengan kontingensi," ujar Agus.
Langkah Menghadapi Potensi Tsunami
Sementara itu, Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PDIP, Edi Purwanto, mengatakan ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi potensi tsunami, baik dari pihak terkait maupun masyarakat.
Pertama, lakukan pemantauan cuaca dan geofisika secara terus menerus. Tidak boleh lengah sedikit pun.
"Kedua, peringatan dini harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga masyarakat sudah siap mengantisipasi," kata Edi kepada Liputan6.com, Kamis, 13 Maret 2025.
Langkah berikutnya, koordinasi menyeluruh dengan semua stakeholder, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan SAR Nasional (Basarnas), dan lain-lain.
Kemudian, lanjut Edi, lakukan juga rapat terbatas dengan kepala daerah dengan instrumen di bawahnya, BPBD dan semua mitra terkait kebencanaan.
"Lakukan pengecekan kaitan teknologi dan kekuatan, persiapkan peralatan serta kesiapan pasukan," kata Edi.
"Lakukan mitigasi yang terintegrasi dengan indentifikasi dampak, analisis dampak dan strategi penanganan. Jangan membuat panik masyarakat, akan tetapi edukasinya efektif," tuturnya.
BRIN Kembangkan Radar Pemantau Gelombang Laut
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2371380/original/067725900_1538374975-holger-link-707884-unsplash.jpg)
Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini tengah mengembangkan radar pemantau gelombang laut sebagai salah satu langkah memitigasi bencana tsunami di perairan Indonesia.
Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Telekomunikasi BRIN, Yuyu Wahyu, menyatakan timnya sedang mengembangkan Teknologi Intelligent Radar Coastal Multi-Fungsi untuk deteksi dan pemantauan gelombang laut.
"Radar pemantau gelombang permukaan memiliki peran penting dalam pengelolaan kawasan laut. Secara khusus, radar dapat berfungsi sebagai pendeteksi bencana gelombang tinggi, termasuk tsunami," ujar Yuyu dinukil dari laman BRIN, Jumat, 7 Maret 2025.
Menurut Yuyu, radar ini merupakan sistem pengawasan pantai yang relevan dengan kondisi geografis Indonesia dan berpotensi dikembangkan untuk berbagai fungsi lainnya.
Radar merupakan teknologi penginderaan jarak jauh yang memiliki kemampuan untuk melakukan pemantauan suatu area yang luas dan menghimpun informasi tentang jarak, kecepatan gerakan, dan ukuran dari target.
"Fitur tersebut sesuai dengan kebutuhan deteksi gelombang tinggi dan tsunami. Oleh karena itu, studi dan pengembangan radar sebagai pendeteksi gelombang tinggi dan tsunami di Indonesia perlu mulai dilakukan," sebut Yuyu.
Radar Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW) menjadi salah satu teknologi potensial untuk pemantauan gelombang.
Teknologi ini menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan pembelajaran mesin (machine learning) dalam mengolah data radar guna menghasilkan profil gelombang permukaan secara akurat.
"Informasi mengenai ancaman gelombang tinggi dan tsunami dapat menjadi dasar bagi sistem peringatan dini (Early Warning System/EWS) dan sistem pendukung keputusan (Decision Support System/DSS). Kemampuan radar dalam mengumpulkan data gelombang permukaan laut dapat bermanfaat untuk observasi serta studi iklim laut," ungkap Yuyu.
Kehebatan Radar Pemantau Gelombang Laut
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2704990/original/088440600_1547610862-gelombang_laut.jpg)
Salah satu keunggulan teknologi radar ini adalah kemampuannya dalam mengatasi tantangan jumlah titik pemantauan yang banyak dan penentuan titik pemasangan sensor di wilayah yang luas.
Radar ini dapat diterapkan untuk memantau area yang lebih luas dengan perawatan yang lebih mudah dan efisien.
"Selain itu, radar dapat menjalankan tugas multi-fungsi, yaitu sebagai pengawas wilayah perairan terhadap kapal-kapal, kondisi pantai; sebagai pemantau profil gelombang permukaan (observator iklim laut), sebagai sistem pendeteksi dan peringatan dini gelombang tinggi dan tsunami," jelas Yuyu.
Pengembangan Radar Coastal Multi-fungsi diutamakan pada beberapa target, yaitu sistem perangkat keras utama dari radar coastal yang memiliki jangkauan dalam memastikan hasil deteksi mampu memberikan peringatan dini yang memadai untuk kegiatan-kegiatan antisipasi dan evakuasi.
Kemudian resolusi yang memadai, sehingga mampu mengekstrak informasi gelombang permukaan yang irregular, ekstrem, tsunami.
"Metode pengolahan sinyal keluaran radar juga menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Kami mengembangkan teknik pemanfaatan clutter dalam pendeteksian gelombang, yang menjadi bagian dari proses pasca-pemrosesan radar untuk mengukur jarak, tinggi gelombang, dan kecepatannya. Metode ini akan melengkapi fitur radar sehingga semakin multifungsi," jelas Yuyu.
Yuyu menegaskan penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Sistem Intelligent Coastal Radar Multi-fungsi yang mampu mendeteksi profil gelombang permukaan secara akurat.
Dengan teknologi ini, ucap Yuyu, diharapkan sistem radar dapat mengekstraksi data gelombang yang bersifat tidak teratur, ekstrem, hingga tsunami.
"Harapan kami, pengembangan radar ini dapat dilakukan secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan, mencangkup jejaring Coastal Radar yang mendukung sistem peringatan dini tsunami dan Dashboard Decision Support System (DSS) pengawasan wilayah pantai. Kami berupaya mensinergikan berbagai kompetensi SDM, kekuatan dan fasilitas Riset Intelligent Radar dalam pengembangan teknologi kebencanaan yang unggul dan berkelanjutan," tukas Yuyu.
Infografis Antisipasi Potensi Risiko Tsunami Saat Arus Mudik Lebaran
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5162187/original/049337400_1741861672-HL2__4_.jpg)