IHSG Menguat 1,82 Persen ke 6.665, Optimisme Pasar Meningkat?
13 March 2025, 11:13 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5125338/original/089768900_1738928255-20250207-IHSG-ANG_1.jpg)
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan signifikan pada perdagangan Rabu, 12 Maret, naik 119,20 poin atau 1,82 persen ke level 6.665,05.
Kenaikan ini terjadi seiring optimisme pasar setelah Fitch Ratings memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5 persen pada 2025.
"Meski angka ini masih di bawah target APBN sebesar 5,2 persen, Indonesia tetap unggul dibandingkan negara lain dalam kategori peringkat kredit BBB. Hal ini memperkuat keyakinan investor terhadap prospek ekonomi nasional," kata Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, Kamis (13/3/2025).
Dukungan sentimen positif mendorong investor asing mencatatkan aksi beli sebesar Rp188 miliar. Saham yang paling banyak diborong antara lain Ratu (Rp107 miliar), BBRI (Rp107 miliar), TLKM (Rp69 miliar), dan BBCA (Rp55 miliar).
Selain faktor domestik, penguatan IHSG juga didukung oleh pergerakan positif bursa Asia. Pasar menyambut baik laporan bahwa Ukraina telah menyetujui gencatan senjata selama 30 hari dengan Rusia dalam perundingan dengan Amerika Serikat di Arab Saudi.
Namun, sentimen global masih dibayangi ketidakpastian kebijakan tarif dari mantan Presiden AS Donald Trump serta kekhawatiran resesi di ekonomi terbesar dunia tersebut. Investor kini menantikan rilis data inflasi AS yang diperkirakan turun dari 3 persen menjadi 2,9 persen secara tahunan, serta melambat dari 0,5 persen menjadi 0,3 persen secara bulanan.
"Jika inflasi benar-benar turun sesuai ekspektasi, peluang pemangkasan suku bunga The Fed semakin terbuka. Hal ini dapat mendorong aliran dana masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Hendra.
Advertisement
Sektor Teknologi Pimpin Penguatan, Properti Melemah
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3893147/original/054077900_1641196874-20220103-Pembukaan_Awal_Tahun_2022_IHSG_Menguat-4.jpg)
Sektor teknologi menjadi pendorong utama penguatan IHSG dengan lonjakan 5,37 persen, diikuti oleh sektor barang konsumen primer yang naik 1,20 persen dan sektor barang konsumen non-primer yang menguat 1,04 persen.
Sebaliknya, sektor properti justru melemah paling dalam sebesar 0,72 persen, diikuti oleh sektor kesehatan dan industri yang masing-masing terkoreksi 0,12 persen dan 0,15 persen. Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap dampak suku bunga tinggi yang dapat menekan daya beli dan ekspansi pengembang properti.
Di pasar saham, beberapa emiten dengan kenaikan terbesar adalah MINE, RELI, TEBE, RONY, dan LABA, sedangkan saham yang mengalami pelemahan terdalam meliputi LIVE, DATA, ITMA, MINA, dan BKSL.
Secara keseluruhan, perdagangan mencatatkan 1,113 juta kali transaksi, dengan volume 18,24 miliar saham senilai Rp9,85 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 301 saham mengalami kenaikan, 317 saham turun, dan 339 saham stagnan, mencerminkan adanya rotasi sektor yang cukup dinamis.
Advertisement
Prospek Saham dan Proyeksi IHSG ke Depan
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1505538/original/078206600_1486967390-Pembukaan-Saham4.jpg)
Beberapa saham masih menarik perhatian investor, terutama di sektor perbankan dan telekomunikasi yang terus mendapatkan akumulasi asing. BBRI diproyeksikan mencapai target harga Rp4.000, TLKM berpotensi menguat ke Rp2.640, dan BMRI diperkirakan bisa mencapai Rp5.000.
Menurut Hendra, seorang analis pasar modal, penguatan IHSG ini mencerminkan optimisme investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat.
"Pergerakan IHSG saat ini didorong oleh masuknya dana asing serta ekspektasi turunnya inflasi AS, yang berpotensi membuka peluang pemangkasan suku bunga The Fed. Jika tren ini berlanjut, maka pasar saham Indonesia masih memiliki potensi kenaikan lebih lanjut dalam beberapa waktu ke depan," ujar Hendra.
Dengan berbagai faktor positif yang mendukung, IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya dalam waktu dekat, terutama jika didukung oleh sentimen global yang kondusif serta kebijakan ekonomi yang pro-pasar.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4995048/original/088256300_1730975735-Infografis_SQ_Efek_Donald_Trump_Menang_Pilpres_AS_ke_Perekonomian_Global.jpg)