Iftar di Kota Tua, Nikmati Suasana Jakarta Berabad-abad Lalu Sambil Menyantap Kuliner Warisan

09 March 2025, 20:30 WIB
Iftar di Kota Tua, Nikmati Suasana Jakarta Berabad-abad Lalu Sambil Menyantap Kuliner Warisan

Pendar oranye lampu Jalan Kali Besar Barat sudah tumpah ke trotoar saat saya tiba di depan House of Tugu Jakarta, Kamis sore, 5 Maret 2025. Meninggalkan hiruk pikuk jalanan Ibu Kota menjelang buka puasa, saya melangkah masuk ke bangunan hotel bintang lima itu untuk langsung tesergap udara penuh aroma rempah-rempah hangat.

Seketika, nuansa Jakarta terasa seperti berabad-abad lalu. Di Ramadan kali ini, House of Tugu Jakarta mempersembahkan nuansa buka puasa di setting Batavia kuno, dengan santai, intim, dan kaya akan sejarah. Pengunjung boleh memilih duduk di Jajaghu Restaurant atau Babah Koffie by Kawisari.

Mereka telah menyiapkan set menuyang berganti setiap harinya selama Ramadan. Hidangannya tidak sekadar jadi pengenyang perut setelah seharian berpuasa, tapi merupakan penghormatan terhadap cita rasa yang telah membentuk Jakarta selama beberapa generasi.

<p>Menu buka puasa Ramadan di Jajaghu Restaurant dan Babah Koffie by Kawisari, House of Tugu Jakarta. (Liputan6.com/Asnida Riani)</p>

Pengaruh kuliner Betawi, Jawa, dan Nusantara dipastikan bersatu di meja makan, mencerminkan lapisan sejarah kota yang dulunya bernama Jayakarta. Beberapa resep berasal dari zaman ketika pedagang dari China, India, dan Arab berlabuh di Sunda Kelapa, membawa rempah-rempah dan cerita.

Yang lain telah diwariskan turun-temurun, dibisikkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang cita rasanya menolak berubah seiring waktu. Rangkaian sajiannya dikurasi dengan cermat, dan memang jadi menu-menu terlaris restoran dan kedai kopi di area hotel di kawasan Kota Tua Jakarta tersebut.

Menu Berganti Setiap Hari

Menu Berganti Setiap Hari

Pada Kamis sore itu, kebanyakan tamu memilih duduk di area Jajaghu Restaurant. Setelah azan, suara alat makan dan percakapan mereka menggema di ruangan berisi koleksi artefak langka, termasuk patung kayu besar Raja Kertanegara yang digambarkan sebagai Jokodolok, yang berakar pada tradisi Jain kuno India.

Sebagai informasi, Raja Kertanegara, penguasa terakhir Kerajaan Singhasari, berperan penting dalam pendirian kerajaan Majapahit, yang menambah kedalaman sejarah ruangan tersebut. Selain itu, terdapat patung Shinto Jepang abad ke-19 dari Kyoto, yang awalnya dibawa ke Jawa selama pendudukan Jepang.

Sementara itu, saya bersama beberapa tamu, yang kebanyakan datang berpasangan, memenuhi kursi di Babah Koffie by Kawisari yang tidak kalah nyaman. Mengingat menunya berganti setiap hari, secara otomatis saya menikmati sajian hari Kamis mereka.

<p>Klepon jadi salah satu menu buka puasa Ramadan di Jajaghu Restaurant dan Babah Koffie by Kawisari, House of Tugu Jakarta. (Liputan6.com/Asnida Riani)</p>

Setelah meneguk setengah gelas air putih, saya memilih memulai bersantap dengan makan klepon. Ukurannya sedang, dengan ketebalan bagian luar yang terimbangi isian gula merah cukup melimpah. Taburan kelapanya cenderung tawar, melengkapi tekstur menyenangkan dalam satu suapan klepon.

Terasa Seperti Masakan Rumahan

Terasa Seperti Masakan Rumahan

Seusainya, saya langsung mengambil sendok untuk menikmati kuah sayur asem yang secara visual mirip dengan buatan ibu saya. Rasanya tidak mengkhianati tampilan, karena perpaduan rasa asam dan pedasnya yang tidak basa-basi membuat sayur itu terasa seperti buatan rumahan.

Memakannya dengan sambal terasi dan emping yang disajikan membuat saya serasa berada di meja makan rumah sendiri. Hanya butuh beberapa suapan saja sebelum saya menghabiskan isian sayur asem yang terdiri dari potongan labu siam, kacang panjang, dan jagung manis.

<p>Tongseng kambing jadi salah satu menu buka puasa Ramadan di Jajaghu Restaurant dan Babah Koffie by Kawisari, House of Tugu Jakarta. (Liputan6.com/Asnida Riani)</p>

Menyambung momentum dengan kembali menyantap hidangan berkuah, saya beranjak ke tongseng kambing. Lagi-lagi, saya teryakinkan visualnya yang medok nan menggugah selera. Potongan dagingnya cenderung tipis memanjang, bukan kotak-kotak seperti kebanyakan tempat makan tongseng.

Tekstur dagingnya lembut, namun tidak langsung ambyar ketika dikunyah, dan yang paling penting, tidak berbau perengus. Itu berpadu sempurna dengan kuah bersantan gurih nan harum, sedangkan tendangan rasa segar didapat dari potongan tomat merah dan hijau.

Manisnya Makanan Penutup

Manisnya Makanan Penutup

Setelah rehat sejenak, karena porsi makanan utamanya cukup mengenyangkan, saya lanjut melahap poffertjes. Saya terbiasa memakan penganan ini dengan padanan gula halus dan butter, namun baru kali menyantapnya dengan dulce de leche.

Saus manis, yang namanya secara harfiah berarti "permen yang terbuat dari susu" itu merupakan saus karamel kental yang dibuat dengan memanaskan gula dan susu secara perlahan selama beberapa jam. Teksturnya yang tidak sebegitu kental membuatnya bisa dengan mudah menempel di poffertjes.

Saya sebenarnya mengantisipasi ledakan rasa manis, namun ternyata padanan itu tidak semanis bayangan saya. Manisnya terasa cukup tipis, namun tetap sebentar tertinggal ketika potongan poffertjesditelan. Yang berbeda, poffertjes di sini dibuat bulat, alih-alih pipih.

<p>Es selendang mayang jadi salah satu menu buka puasa Ramadan di Jajaghu Restaurant dan Babah Koffie by Kawisari, House of Tugu Jakarta. (Liputan6.com/Asnida Riani)</p>

Menutup sajian, saya sengaja meninggalkan es selendang mayang, yang sering sekali saya makan saat duduk di sekolah dasar, untuk disantap terakhir, supaya bisa bernostalgia dengan rasanya tanpa terburu-buru. Potongan jeli di dalamnya dibuat panjang-panjang dan cukup tipis, membuat rasa manis kuah bergula merahnya terasa dominan.

Seluruh set menu ini bisa Anda nikmati seharga Rp288 ribu ++. Pastikan Anda melihat dulu menu harian melalui tautan di akun Instagram House of Tugu Jakarta supaya bisa menyantap sajian incaran Anda.

Daftar Kalori Makanan Berbuka Puasa (Liputan6.com/Trie Yasni)
Sumber : Liputan6.com