Bocah Banyumas Pasti Menunggu Jaburan saat Tarawih, Tradisi Unik yang Hanya Ada di Bulan Ramadan
06 March 2025, 02:30 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4000167/original/027635000_1650385556-Screenshot_227.jpg)
Apa yang paling dinanti anak-anak ketika bulan Ramadan tiba? Anak dari Banyumas, Jawa Tengah pasti menjawab jaburan. Jaburan adalah tradisi khas masyarakat Banyumas di bulan Ramadan.
Jaburan dalam bahasa Jawa berasal dari kata 'jabur, dan imbuhan an, jabur sendiri dalam kamus bausastra berarti mnhi sidhkah kanggo trawh (memberi sedekah untuk tarawih); ombn-ombn kang dianggo sadhkah trawh (minuman untuk sedekah tarawih).
Di desa-desa, saat-saat menjelang berbuka puasa atau selepas salat Tarawih masjid-masjid ramai mengumandangkan bacaan Alquran atau pengajian singkat.
Sebagai masyarakat agraris yang religius, warga pun tak ingin kalah dalam lomba berburu kebaikan. Mereka menyediakan kudapan tradisional untuk mereka yang membaca Alquran untuk disantap ketika berbuka.
Di desa yang lain, jaburan dibagikan usai salat Tarawih. Semangatnya masih sama, yaitu berlomba dalam kebaikan mengejar ridlo Allah SWT.
Anak-anak adalah yang paling bersemangat untuk mendapatkan 'nyamikan' jaburan ini. Begitu Tarawih selesai, anak-anak duduk melingkar di shaf atau barisan belakang masjid. Lalu takmir masjid datang membawa makanan yang disumbangkan warga sekitar masjid.
Advertisement
Dilandasi Semangat Beramal
Takmir masjid kemudian membagikan makanan ini kepada anak-anak yang sudah tak sabar menanti. Meski kudapan sederhana, seperti kolak, singkong rebus, gorengan, atau nasi bungkus dengan lauk sekadarnya, namun anak-anak itu begitu gembira.
Ada yang disantap bersama di masjid dalam formasi masih melingkar, namun ada pula yang memilih menyisakan untuk dibawa pulang. Jaburan membuat anak-anak semangat ikut Tarawih hingga akhir, meskipun harus menunggu hingga 23 rakaat lamanya.
Dalam jurnal kajian hukum dan studi Islam Khuluqiyya Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hikmah, jaburan merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan leluhur. Dari peggalian penelitian ini, jaburan dilandasi semangat beramal sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW:
"Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga." (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
"Sesungguhnya Allah Maha Dermawan cinta akan kedermawanan, dan maha murah hati cinta yang kemurahan hati" HR Tirmidzi.
Penelitian ini menyipulkan selain bernilai ibadah, jaburan juga bernilai gotongroyong dan kepedulian terhdap sesama. Namun sayangnya, seiring perkembangan zaman, jaburan mulai jarang ditemukan di desa-desa.
Advertisement