Perbedaan Sidang Isbat Awal Ramadan 2025 di Indonesia dan Metode Rukyatul Hilal Arab Saudi
26 February 2025, 20:14 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4778349/original/077714600_1710912810-Ilustrasi_buka_puasa__sahur__Islami__Ramadan.jpg)
Ramadhan 2025 akan segera tiba. Saat umat Muslim di seluruh dunia bersiap menyambut bulan suci Ramadan, penyelarasan langka antara kalender Islam dan Gregorian diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari mendatang.
Saat umat Muslim menantikan salah satu waktu paling baik tahun ini, mengutip situs Mint.com, Rabu (26/2/2025), hari pertama Ramadan 2025 diperkirakan jatuh pada tanggal 1 Maret.
Hari pertama Ramadan 2025 yang menandai penyelarasan langka antara kalender Hijriah atau kalender lunar Islam dan kalender Gregorian.
Meskipun penyebutan Ramadan kerap kali memiliki ejaan alternatif seperti Ramadhan, Ramzan, Ramzaan atau Ramazan, penampakan Bulan yang menentukan tanggal pada hari pertama puasa Ramadan.
Ramadan 2025 menjadi fenomena yang luar biasa karena terjadi sekali setiap 33 tahun, yaitu penyelarasan kalender yang langka. Sinkronisasi unik ini merupakan bukti interaksi rumit antara siklus Bulan dan Matahari, menurut Majed Abu Zahra, Presiden Jeddah Astronomical Society.
Bagaimana cara melihat bulan sabit Ramadan 2025?
Ketua International Astronomical Centre (Pusat Astronomi Internasional) Abu Dhabi Mohammad Odeh mengatakan bahwa bulan sabit akan terlihat melalui teleskop di Asia Barat, sebagian besar Afrika, dan Eropa selatan. Sementara itu, sebagian besar wilayah Amerika dapat menyaksikan bulan sabit Ramadan dengan mata telanjang.
Penampakan bulan Ramadan 2025 dan tanggal puasa di Arab Saudi
Umat Muslim di Arab Saudi diperkirakan bakal melaksanakan bulan suci Ramadan mulai 1 Maret, dengan perkiraan bulan sabit akan terlihat pada Jumat malam tanggal 28 Februari 2025 --bertepatan dengan 29 Syaban 1446 Hijriah dalam kalender Islam.
Setelah hilal Ramadan terlihat pada hari Jumat, 28 Februari usai salat Magrib, maka salat tarawih akan dimulai pada malam yang sama dan umat Islam di Arab Saudi akan menjalankan puasa pertama mereka pada Sabtu 1 Maret 2025. Namun, jika hilal Ramadan tidak muncul pada Jumat malam, bulan suci akan dimulai pada hari Minggu, 2 Maret.
"Jangan berpuasa sampai Anda melihat hilal, dan jangan berbuka puasa sampai Anda melihatnya. Jika hilal itu kabur, maka perkirakanlah," sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad.
Para astronom dari Pusat Astronomi Internasional di Abu Dhabi mengindikasikan bahwa hilal diperkirakan akan terlihat pada hari Jumat, 28 Februari sementara konfirmasi akhir bergantung pada metode penampakan hilal tradisional atau rukyatul hilal sebagai dasar penentuan awal Ramadan.
Arab Saudi, sebagai kiblat umat Islam dunia menggunakan metode penampakan hilal atau rukyatul hilal sebagai dasar penentuan awal Ramadan. Berbeda dengan Indonesia yang ditentukan melalui sidang isbat.
Pengumuman resmi kemudian disampaikan oleh otoritas keagamaan Saudi setelah proses pengamatan tersebut selesai. Tidak ada mekanisme sidang isbat formal seperti di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengetahui kapan tepatnya awal Ramadan di Arab Saudi pada tahun 1446 Hijriah, kita perlu memantau pengumuman resmi dari otoritas keagamaan Arab Saudi mendekati akhir bulan Syaban. Informasi ini biasanya diumumkan beberapa hari sebelum awal Ramadan.
Anda bisa memperoleh informasi tersebut melalui media berita internasional atau situs web resmi pemerintah Arab Saudi.
Adapun sidang Isbat di Indonesia untuk menentukan awal Ramadhan 1446 Hijriah akan dilaksanakan pada 28 Februari 2025. Sidang ini merupakan acara penting bagi umat Muslim di Indonesia, karena akan memastikan kapan puasa dimulai.
Indonesia menggabungkan hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan) dalam sidang isbat.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Abu Rokhmad, dalam sebuah konferensi pers di Jakarta mengatakan ada tiga langkah utama yang akan dilakukan dalam sidang isbat ini. Berikut di antaranya:
- Pertama, pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi.
- Kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia.
- Ketiga, pengambilan keputusan berdasarkan hasil pemaparan dan verifikasi tersebut. Proses ini diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi seluruh umat Muslim mengenai kapan mereka dapat memulai ibadah puasa.
Advertisement
Sidang Isbat: Proses Penentuan Awal Ramadan di Indonesia
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/714589/original/110830afoto-hilal.jpg)
Adapun Kementerian Agama (Kemenag) telah menetapkan tanggal 28 Februari 2025 sebagai hari pelaksanaan Sidang Isbat untuk menentukan awal bulan suci Ramadan di Indonesia. Sidang yang akan dipimpin langsung oleh Menteri Agama, Nasaruddin Umar, ini akan berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta Pusat. Proses penetapan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung. Hal ini memastikan keputusan yang diambil akurat dan komprehensif.
Sidang Isbat di Indonesia merupakan proses yang melibatkan perhitungan astronomi (hisab) dan pengamatan hilal (rukyat). Data hisab akan dipaparkan terlebih dahulu, kemudian diverifikasi dengan hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia. Proses ini memastikan akurasi dan keakuratan dalam menentukan awal Ramadan. Setelah proses verifikasi selesai, sidang akan menghasilkan keputusan resmi yang mengikat bagi seluruh umat Islam di Indonesia.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa sidang isbat akan melalui tiga rangkaian. Pertama, pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia. Ketiga, pengambilan keputusan berdasarkan data hisab dan rukyat. Proses ini menjamin transparansi dan keakuratan dalam penentuan awal Ramadan di Indonesia.
Dengan melibatkan berbagai pihak, sidang isbat bertujuan untuk mencapai konsensus dan keputusan yang diterima oleh seluruh umat Islam di Indonesia. Hal ini penting untuk menjaga kesatuan dan keharmonisan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan sidang isbat melalui berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Informasi resmi akan diumumkan setelah sidang isbat selesai.
Advertisement
Kesimpulan Perbedaan Metode Penentuan Awal Ramadan
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1619105/original/061499300_1496997418-ramadan-main.jpg)
- Indonesia: Menggabungkan hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan) dalam sidang isbat.
- Arab Saudi: Menggunakan rukyatul hilal (pengamatan hilal) sebagai dasar penentuan.
Perbedaan metode ini menunjukkan keragaman pendekatan dalam menentukan awal Ramadan di dunia Islam. Meskipun berbeda metode, tujuannya tetap sama, yaitu untuk memastikan penetapan awal Ramadan yang tepat dan diterima oleh umat Islam.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi pembaca dalam memahami proses penentuan awal Ramadan di Indonesia dan perbedaannya dengan Arab Saudi. Mari sambut bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan meningkatkan amal ibadah.