Ramadhan bagi Pekerja Berat, Bolehkah sejak Awal Niat Tidak Puasa? Buya Yahya Menjawab
25 February 2025, 07:30 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5115896/original/090817800_1738330266-Screenshot_2025-01-31_174358.jpg)
Puasa Ramadhan menjadi kewajiban bagi setiap Muslim, termasuk bagi mereka yang memiliki pekerjaan berat. Namun, muncul pertanyaan di kalangan pekerja yang mengandalkan tenaga fisik, seperti tukang bangunan atau pekerja tambang, mengenai hukum puasa dalam kondisi mereka.
Dalam sebuah kajian, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, memberikan penjelasan mengenai hal ini. Buya Yahya menegaskan bahwa meskipun pekerjaannya berat, seseorang tetap wajib meniatkan puasa sejak Subuh.
"Pokoknya tetap wajib puasa, tidak ada kata maaf kecuali dalam perjalanannya saat berpuasa ia tidak mampu, maka boleh berbuka," kata Buya Yahya, yang dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @chobixmesemtv4476, di mana Buya Yahya menjelaskan lebih lanjut terkait teknis pelaksanaan puasa bagi pekerja berat.
Menurutnya, Islam tidak memberatkan umatnya. Jika seseorang sudah berniat berpuasa sejak Subuh, tetapi dalam perjalanan aktivitasnya merasa tidak mampu melanjutkan, maka diperbolehkan untuk berbuka.
Namun, berbeda jika seseorang sejak awal sudah tidak berniat puasa karena alasan pekerjaan berat. Dalam kondisi ini, Buya Yahya menegaskan bahwa hal tersebut termasuk perbuatan haram.
Advertisement
Sejak Pagi Wajib Niat Puasa
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4778349/original/077714600_1710912810-Ilustrasi_buka_puasa__sahur__Islami__Ramadan.jpg)
"Kalau dari pagi sudah niat tidak puasa, itu dosa besar. Tapi kalau dari pagi niat puasa, lalu di tengah perjalanan tidak mampu, maka boleh berbuka," jelasnya.
Buya Yahya memberikan contoh kasus tukang becak atau pekerja tambang yang harus bekerja seharian. Mereka tetap harus meniatkan puasa sejak Subuh, meskipun nantinya ada kemungkinan berbuka jika memang benar-benar tidak sanggup melanjutkannya.
Ia menambahkan bahwa kemungkinan seseorang tidak jadi bekerja tetap ada. Bisa saja pekerja tersebut diberi libur oleh bosnya atau mendapatkan tugas yang lebih ringan. Oleh sebab itu, seseorang tidak boleh langsung membatalkan puasa sejak pagi.
"Siapa tahu bosnya malah liburkan, atau pekerjaannya jadi lebih ringan. Makanya tetap wajib niat puasa dari awal," ujar Buya Yahya.
Islam memberikan keringanan bagi umatnya, tetapi bukan berarti boleh meninggalkan kewajiban tanpa alasan yang jelas. Puasa tetap harus dimulai dengan niat sejak fajar.
Jika dalam perjalanannya seseorang mengalami kelelahan yang luar biasa hingga benar-benar tidak sanggup, maka Allah memberikan keringanan untuk berbuka. Namun, berbuka harus berdasarkan kondisi nyata, bukan asumsi atau ketakutan tidak mampu sejak awal.
Dalam konteks ini, Islam memberikan fleksibilitas tanpa menghilangkan esensi dari ibadah puasa. Bagi pekerja berat, keringanan tersebut merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Advertisement
Begini Kesimpulannya
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2815541/original/062443200_1558775153-iStock-698697244.jpg)
Buya Yahya juga menekankan bahwa setiap ibadah memiliki rukhsah atau keringanan, tetapi tidak boleh disalahgunakan.
"Islam tidak pernah memberatkan, tetapi juga tidak boleh dipermainkan. Kalau masih mampu, ya lanjutkan puasa," ucapnya.
Oleh karena itu, bagi para pekerja yang mengandalkan tenaga fisik, harus tetap berusaha berpuasa dengan niat yang kuat sejak pagi. Jika di tengah jalan benar-benar tidak mampu, barulah boleh berbuka.
Namun, setelah berbuka, mereka tetap memiliki kewajiban untuk mengganti puasa yang batal di hari lain setelah Ramadan. Hal ini sesuai dengan aturan dalam Al-Qur'an tentang orang yang tidak mampu berpuasa karena alasan tertentu.
Buya Yahya mengingatkan agar setiap Muslim tetap menjaga niat dan semangat dalam menjalankan ibadah Ramadan, termasuk bagi mereka yang bekerja berat.
Ia juga menekankan bahwa berkah puasa tidak hanya pada menahan lapar dan haus, tetapi juga dalam upaya seseorang untuk tetap taat meskipun dalam keadaan sulit.
Dengan pemahaman yang benar, para pekerja berat dapat tetap menjalankan kewajiban puasa sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan dalam Islam.
Penjelasan Buya Yahya ini menjadi pedoman bagi mereka yang ragu atau memiliki pekerjaan yang menuntut tenaga ekstra agar tetap bisa menjalankan ibadah Ramadan tanpa melanggar ketentuan agama.
Kesimpulannya, pekerja berat tetap wajib meniatkan puasa sejak Subuh. Jika di tengah jalan tidak mampu, barulah diperbolehkan berbuka. Namun, niat tidak berpuasa sejak awal karena alasan pekerjaan berat, menurut Buya Yahya, termasuk perbuatan yang haram.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul