Polisi Dipecat Massal Demi Berantas Korupsi, Kisah Sukses Georgia
23 February 2025, 10:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5068574/original/040963800_1735278103-1735035078997_mimpi-di-tilang-polisi.jpg)
Georgia, sebuah negara pecahan Uni Soviet yang terletak di Eropa Timur, pernah menghadapi tantangan besar dalam upaya memberantas korupsi, khususnya di Polisi.
Namun, di bawah kepemimpinan Presiden Mikheil Saakashvili yang terpilih pada Januari 2004, negara ini berhasil melakukan reformasi besar-besaran untuk mengatasi masalah tersebut.
Setelah terpilih, Saakashvili segera melancarkan reformasi di berbagai sektor, terutama di lingkungan bisnis dan kepolisian. Salah satu langkah awalnya adalah menghapus segala bentuk pungutan liar yang telah menghambat perekonomian negara. Kebijakan ini mendapat pengakuan dari Bank Dunia karena berhasil mengurangi korupsi secara signifikan.
Revolusi di Kepolisian
Salah satu kebijakan paling drastis dan terkenal dalam upaya pemberantasan korupsi adalah reformasi di lembaga kepolisian.
"Polisi tidak menjalankan tanggung jawab utama mereka dalam menjaga keselamatan publik, melainkan memperkaya diri sendiri dengan memeras warga," kata Mikheil Saakashvili dalam tulisannya di kutip dari Foreignpolicy, Minggu (23/2/2025).
Dia mengatakan, Survei tahun 2003 menunjukkan bahwa hanya 2,3 persen warga Georgia yang memiliki pandangan positif terhadap polisi.
Saakashvili awalnya mencoba menaikkan gaji para aparat penegak hukum hingga 20 kali lipat untuk mengurangi praktik suap dan korupsi. Namun, langkah ini tidak sepenuhnya berhasil.
Sebagai respons terhadap kegagalan tersebut, Saakashvili mengambil tindakan yang lebih tegas dengan memecat 30 ribu polisi lalu lintas yang diduga masih terlibat dalam praktik korupsi.
"Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, tetapi terbukti efektif. Setelah itu, pemerintah Georgia merekrut tenaga kepolisian baru dengan gaji yang layak dan menanamkan nilai-nilai integritas sebagai syarat utama," terangnya.
Advertisement
Hasilnya Positif
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1592251/original/098062600_1494590046--mayat.jpg)
Reformasi ini membawa perubahan besar bagi masyarakat Georgia. Sebelumnya, warga cenderung enggan berurusan dengan polisi karena citra mereka yang korup. Namun, setelah reformasi, kepercayaan publik meningkat.
Warga mulai kembali mengandalkan polisi bahkan untuk urusan sehari-hari seperti kehilangan barang atau hewan peliharaan. Petugas kepolisian yang baru pun melayani masyarakat dengan lebih profesional dan ramah.
"Dalam merekrut kembali personel kepolisian, kami memilih kualitas daripada kuantitas. Jumlah pegawai Kementerian Dalam Negeri berkurang dari sekitar 56.000 menjadi 33.000," tulis dia.
"Kejahatan dengan kekerasan turun 66 persen setelah reformasi. Pembajakan mobil dan pencurian kendaraan yang sebelumnya marak hampir hilang sepenuhnya. Tingkat kejahatan secara keseluruhan turun lebih dari 50 persen, menjadikan Georgia salah satu negara teraman di dunia," pungkasnya.
Advertisement
Pelajaran dari Georgia
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4038592/original/061469600_1653982615-ilustrasi_korupsi.jpg)
Keberhasilan Georgia dalam memberantas korupsi menunjukkan bahwa tindakan tegas terhadap aparatur yang korup, disertai dengan perekrutan tenaga baru yang berintegritas dan pemberian gaji yang layak, dapat menciptakan perubahan signifikan.
Reformasi yang dilakukan di era Saakashvili menjadi contoh bagaimana sebuah negara dapat bangkit dari krisis korupsi dan membangun sistem yang lebih bersih serta transparan.