Prospek Emas Cerah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik
20 February 2025, 17:53 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4723186/original/087016300_1705921832-fotor-ai-2024012218923.jpg)
Prospek investasi emas saat ini menunjukkan tren positif di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi dan geopolitik global. Emas kembali menjadi pilihan utama investor sebagai aset "safe haven" untuk melindungi nilai kekayaan mereka.
Menurut Pengamat Pasar Modal Desmond Wira , sentimen pasar saat ini masih didorong oleh permintaan tinggi terhadap aset safe haven seperti emas. "Dalam situasi resesi global, inflasi tinggi, atau ketegangan politik, permintaan emas cenderung meningkat. Ketidakpastian atas tarif perdagangan Amerika Serikat serta kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed) semakin memperkuat daya tarik emas di pasar," ujar dia kepada Liputan6.com, Kamis (20/2/2025).
Risalah rapat terbaru The Fed menunjukkan bahwa para pejabatnya masih khawatir terhadap dampak tarif perdagangan terhadap inflasi. Hal ini berpotensi membuat pemotongan suku bunga ditunda, sehingga investor semakin mempertimbangkan emas sebagai aset lindung nilai.
"Seiring dengan tren positif ini, beberapa saham emiten tambang emas yang patut dicermati di antaranya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Medco Energi Tbk (MEDC)," ulas Desmond.
Selain itu, ada PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT J Resources Asia Pasifik (PSAB). Serta PT Bumi Resources Minerals (BRMS) dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI). Dengan ketidakpastian global yang masih tinggi, para investor disarankan untuk terus memantau perkembangan pasar serta kebijakan moneter global guna menentukan strategi investasi yang tepat.
Senada, Analis Central Capital Wahyu Tri Laksono mengamini bahwa kenaikan harga emas memberikan sentimen positif bagi emiten yang bergerak di sektor tambang emas. Namun, tekanan dari tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap menjadi tantangan dalam jangka menengah, sehingga investor perlu berhati-hati dalam menyikapi pergerakan harga saham di tahun 2025.
"Meskipun emiten emas bisa terpengaruh oleh kondisi pasar domestik, prospek jangka panjangnya tetap menarik. Sstrategi buy on weakness dengan mempertimbangkan fundamental dan valuasi saham masing-masing perusahaan," kata Wahyu kepada Liputan6.com.
Advertisement
Siapkan Strategi
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4723188/original/034031500_1705921925-fotor-ai-20240122181144.jpg)
Beberapa emiten tambang emas pun telah menyiapkan strategi untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga emas. Dalam catatan wahyu, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menargetkan peningkatan produksi emas hingga 75.000 ons troi pada 2025. Direktur & Chief Investor Relations BRMS, Herwin Wahyu Hidayat, menyatakan bahwa produksi emas tahun lalu sudah mencapai target di kisaran 55.000 hingga 60.000 ons troi.
Sementara itu, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) memasang target konservatif di level 100.000 hingga 110.000 ons troi. Head of Corporate Communications MDKA, Tom Malik, menegaskan bahwa kenaikan harga emas akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan.
PT United Tractors Tbk (UNTR) juga menyesuaikan panduan penjualan emasnya. Dari target awal 235.000 ons troi pada 2024, perusahaan menaikkan proyeksi menjadi 240.000 ons troi pada 2025. Corporate Secretary United Tractors, Sara K. Loebis, menyatakan bahwa tren harga emas yang meningkat menjadi faktor positif bagi perusahaan.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turut optimistis terhadap peningkatan permintaan emas di tahun 2025. Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Antam, Arianto Sabtonugroho, menyebut bahwa kondisi pasar saat ini berpotensi mendukung kinerja perusahaan.
Advertisement
Amman Mineral
Di sisi lain, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) masih dalam masa transisi dari Fase 7 ke Fase 8 tambang Batu Hijau. Vice President Corporate Communications AMMN, Kartika Octaviana, mengungkapkan bahwa update rencana produksi 2025 baru akan disampaikan saat rilis kinerja tahunan 2024. Meski begitu, perusahaan optimistis bahwa kenaikan harga emas dapat berdampak positif terhadap kinerja keuangan mereka.
Tak hanya perusahaan tambang, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) juga menargetkan peningkatan penjualan emas batangan dan perhiasan. HRTA memperkirakan kenaikan Average Selling Price (ASP) sebesar 10% hingga 13% secara tahunan (YoY) dan menargetkan penjualan emas di kisaran 19,5 hingga 20 ton pada 2025. Sebagai perbandingan, estimasi penjualan HRTA tahun lalu mencapai 14,8 hingga 15 ton.
"Dengan prospek harga emas yang terus meningkat, para emiten di sektor ini berupaya memaksimalkan produksi dan penjualan mereka untuk meraih pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2025. Namun, investor tetap perlu mencermati pergerakan IHSG yang masih menjadi tantangan dalam jangka menengah," pungkas Wahyu.