Laporan PwC Jerman: China Makin Dominasi Bisnis Pelabuhan di Asia Tenggara

30 January 2025, 09:14 WIB
Laporan PwC Jerman: China Makin Dominasi Bisnis Pelabuhan di Asia Tenggara

China memperkuat posisi strategis di Asia Tenggara melalui investasi langsung, merger, dan akuisisi. Menurut studi auditor PwC Jerman yang dirilis pada Selasa (28/1/2025).

Perusahaan-perusahaan Eropa bergantung pada kerja sama dengan China jika mereka ingin mengakses pasar di Asia Tenggara, menurut laporan "Barometer Transportasi & Logistik" dari firma PwC Jerman, yang dirilis hari Selasa (28/1).

Salah satu alasannya adalah kendali China atas pelabuhan-pelabuhan di kawasan tersebut, menurut studi PwC Jerman yang meneliti merger dan akuisisi di sektor transportasi dan logistik global, dikutip dari DW Indonesia, Kamis (30/1).

Andr Wortmann, kepala pusat kompetensi maritim di PwC Jerman di Hamburg mengatakan, perkiraan bahwa investasi di Asia Tenggara akan mencapai kemandirian yang lebih besar dari China tidak benar. Menurut penelitian PwC, China justru memperkuat pengaruh strategis di Asia Tenggara mereka melalui investasi langsung, merger, dan akuisisi.

Investasi Besar di Sektor Pelabuhan dan Logistik

Salah satu contohnya adalah rencana untuk membangun pelabuhan laut dalam modern di Myanmar, yang sebagian besarnya berada di bawah kendali China.

Pelabuhan yang direncanakan di Kyaukphyu, yang bertujuan untuk menyediakan akses ke Samudra Hindia, dikatakan menjadi proyek utama dalam strategi investasi besar-besaran "Belt and Road Initiative" yang dicanangkan Presiden Xi Jinping.

Sebuah pelabuhan di Muara di Brunei juga sebagian besar dikuasai oleh China, kata penelitian tersebut. Selain itu, China memegang saham minoritas di pelabuhan di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sedangkan di Vietnam, Kamboja, Indonesia dan Filipina, China juga berinvestasi di pelabuhan.

Akuisisi dan Merger di Sektor Logistik Meningkat

Akuisisi dan Merger di Sektor Logistik Meningkat

Studi PwC Jerman tidak hanya berfokus pada perkembangan di Asia Tenggara. Di sektor transportasi dan logistik global, laporan itu mencatat ada 199 merger dan akuisisi yang diumumkan tahun lalu, masing-masing bernilai minimal USD50 juta.

Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Walau ada peningkatan, jumlahnya tetap relatif rendah: Antara tahun 2018 dan 2022, setiap tahun ada sekitar 230 tranksasi yang dilakukan.

Ingo Bauer, kepala transportasi dan logistik di PwC Jerman, memperkirakan bahwa merger dan akuisisi akan meningkat tahun ini.

"Investor bertujuan untuk mengatasi masalah industri dengan transaksi ini, misalnya karena kekurangan pengemudi truk," katanya.

<p>Infografis Covid-19 Melonjak, China Bebaskan Warga Melancong, Italia Kena Getahnya (Liputan6.com/Triyasni)</p>
Sumber : Liputan6.com