Donald Trump Desak Penurunan Suku Bunga AS Picu Indeks S&P 500 Sentuh Rekor

24 January 2025, 12:25 WIB
Donald Trump Desak Penurunan Suku Bunga AS Picu Indeks S&P 500 Sentuh Rekor

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyerukan penurunan suku bunga AS dan harga minyak yang lebih rendah mendapatkan respons positif di pasar. Indeks saham S&P 500 menyentuh level tertinggi baru pada Kamis, 23 Januari 2025.

Mengutip CNBC, Jumat (24/1/2025), semua indeks acuan utama di AS berada pada tren kenaikan dalam empat hari berturut-turut.

Indeks S&P 500 menyentuh level tertinggi baru intraday. Indeks acuan ditutup ke posisi 6.118,71. Indeks tersebut melewati dari level tertinggi sebelumnya di 6.090,27.

Indeks Dow Jones melonjak 408,34 poin atau 0,92 persen ke posisi 44.565,07. Indeks Nasdaq menguat 0,22 persen ke posisi 20.053,68. Tiga indeks saham acuan mencatat penguatan dalam empat hari berturut-turut.

Saham menguat setelah Donald Trump akan menuntut agar suku bunga segera turun dalam pidato virtual di Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum. Selain itu, Donald Trump juga akan meminta Arab Saudi menurunkan harga minyak yang sebabkan harga minyak tertekan.

Di sisi lain, imbal hasil treasury jangka pendek turun menyusul komentar Donald Trump.

Adapun pasar saham mendapatkan dorongan pekan ini dari euforia tentang potensi pemotongan pajak dan deregulasi di bawah Donald Trump serta tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang tangguh.

Sementara tarif masih menjadi beban, investor senang dengan kurangnya tindakan formal terhadap pungutan ini selama hari pertama Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

"Ia benar-benar tidak dapat mengendalikan suku bunga, tetapi pasar suka mendengar hal-hal semacam itu. Sejauh ini pasar tampaknya menyukai kebijakan Donald Trump, jadi kita hanya perlu melihat apakah ada tindak lanjut," ujar Chief Technical Strategist Blue Chip Daily Trend Report, Larry Tentarelli.

Di sisi lain, musim laporan keuangan kuartal keempat juga dimulai dengan baik. Netflix dan bank-bank besar memberikan laporan positif. Namun, American Airlines mengurangi antusiasme tersebut. Saham American Airlines turun lebih dari 8 persen pada Kamis, 23 Januari 2025 setelah perusahaan mengeluarkan arahan yang lemah.

Bursa Saham Asia Pasifik Dibuka Menguat

Bursa Saham Asia Pasifik Dibuka Menguat

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat (24/1/2025). Penguatan bursa saham Asia Pasifik terjadi setelah indeks S&P 500 mencapai level tertinggi pada Kamis, 23 Januari 2025.

Hal ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerukan suku bunga lebih rendah dan harga minyak lebih murah.

Mengutip CNBC, tingkat inflasi inti Jepang naik ke level tertinggi dalam 16 bulan sebesar 3 persen pada Desember, year on year (YoY), meningkatkan alasan kenaikan suku bunga dari Bank of Japan atau Bank Sentral Jepang.

Selain itu, pengumuman consumer price index (CPI) muncul menjelang pertemuan kebijakan moneter Bank Sentral Jepang pada Jumat pekan ini. Pengamat pasar perkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 17 tahun.

Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,13 persen, dan indeks Topix bertambah 0,35 persen. Indeks Hong Kong di Hang Seng menguat 0,71 persen. Sedangkan indeks CSI300 cenderung mendatang. Indeks Kospi di Korea Selatan menguat 0,64 persen, dan indeks Kosdaq melesat 0,57 persen.

Indeks ASX200 di Australia bertambah 0,39 persen.

Di wall street, tiga indeks saham acuan menguat. Indeks S&P 500 menguat 0,53 persen, dan sentuh level tertinggi intraday ke posisi 6.118,71. Indeks Dow Jones melesat 408,34 poin atau 0,92 persen ke posisi 44.565,07. Indeks Nasdaq mendaki 0,22 persen ke posisi 20.053,68.

Harga Minyak Melemah Usai Donald Trump Desak OPEC Pangkas Harga

Harga Minyak Melemah Usai Donald Trump Desak OPEC Pangkas Harga

Sebelumnya, harga minyak mentah berjangka merosot pada perdagangan Kamis, 23 Januari 2025. Koreksi harga minyak ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mendesak Arab Saudi dan OPEC untuk memangkas harga minyak.

Mengutip CNBC, Jumat (24/1/2025), harga minyak mentah Amerika Serikat turun 82 sen atau 1,09 persen menjadi USD 74,62 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent susut 71 sen atau 0,9 persen menjadi USD 78,29 per barel. Harga minyak naik pada sesi tersebut sebelum Donald Trump mulai berbicara.

Donald Trump menuduh Arab Saudi dan OPEC mengobarkan perang di Ukraina melalui harga minyak yang tinggi, mengklaim pertempuran akan berakhir jika mereka membiarkan harga minyak mentah global turun.

Adapun Rusia adalah salah satu eksportir minyak terbesar di dunia dan pendapatan dari penjualan tersebut mendukung perang.

"Saya juga akan meminta Arab Saudi dan OPEC untuk menurunkan biaya minyak," ujar Trump.

"Jika harga turun, perang Rusia-Ukraina akan segera berakhir," ia menambahkan.

Donald Trump menuturkan, Arab Saudi dan OPEC sangat bertanggung jawab, hingga batas tertentu

Arab Saudi dan Rusia berkoordinasi untuk memengaruhi harga global melalui OPEC+. Rusia, Arab Saudi dan enam anggota kelompok lainnya telah menahan 2,2 juta barel per hari dari pasar global untuk menjaga harga pasar agar tidak terlalu jatuh.

Harga minyak menghadapi tekanan turun tahun lalu seiring produksi yang melimpah di Amerika Serikat dan permintaan yang melambat di China.

OPEC+ memutuskan pada Desember untuk memperpanjang pemotongan produksi setidaknya hingga Maret 2025 sebelum menghentikannya secara bertahap selama setahun.

<p>Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)</p>
Sumber : Liputan6.com