Nepal Surplus Harimau, PM Sharma Oli: Negara Sekecil Ini Punya Lebih dari 350 Ekor
18 January 2025, 10:02 WIBNepal dipuji di seluruh dunia karena berhasil melipatgandakan populasi harimau dalam satu dekade. Namun, Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli berpendapat bahwa negaranya mungkin terlalu sukses.
"Dalam negara sekecil ini, kami memiliki lebih dari 350 harimau ... Kami tidak bisa memiliki begitu banyak harimau dan membiarkan mereka memakan manusia," ujarnya bulan lalu seperti dikutip dari BBC, Sabtu (17/1/2025).
Menurut data pemerintah, serangan harimau menewaskan hampir 40 orang dan melukai 15 orang antara tahun 2019 hingga 2023. Namun, komunitas lokal mengatakan angkanya jauh lebih tinggi.
"Bagi kami, 150 harimau sudah cukup," tegas Oli pada bulan Desember, yang bahkan menyarankan agar Nepal dapat mengirimkan harimau-harimau yang sangat dihargai itu ke negara lain sebagai hadiah.
Berapa jumlah harimau yang dianggap terlalu banyak?
Para ahli menjawab bahwa itu tergantung pada ketersediaan mangsa di suatu wilayah. Idealnya, kata ahli biologi harimau Ullas Karanth, setiap harimau harus memiliki sekitar 500 hewan mangsa, seperti rusa, antelop, atau kerbau liar.
Ahli berpendapat bahwa kekhawatiran Oli tentang membatasi jumlah harimau tidak tepat. Sebaliknya, mereka menyarankan pemerintah Nepal fokus pada perluasan kawasan lindung yang memiliki jumlah mangsa dan harimau yang seimbang.
Peningkatan jumlah korban jiwa manusia, kata ahli zoologi Karan Shah, menunjukkan bahwa model konservasi Nepal yang dulunya sukses kini mulai menghadapi masalah.
"Selama ini, fokus Nepal tampaknya lebih pada meraih perhatian internasional, sementara mengabaikan dampaknya terhadap komunitas yang tinggal di sekitar taman nasional dan kawasan lindung," kata Shah.
Dia berpendapat bahwa konservasi bukan hanya masalah "ekologis atau ilmiah", namun juga sosial. Kehilangan nyawa manusia harus dicegah agar komunitas lokal tetap terlibat dalam upaya konservasi dan tidak berbalik menentangnya.
Kemarahan di kalangan penduduk lokal Nepal dilaporkan juga semakin meningkat karena harimau telah memangsa ternak mereka.
"Sebagian besar populasi kami masih tinggal di daerah pedesaan dan bergantung pada sumber daya hutan yang mereka bantu lestarikan. Namun sekarang, mereka semakin sering dibunuh atau terluka oleh harimau," kata presiden Federasi Pengguna Hutan Masyarakat Nepal Thakur Bhandari kepada BBC.
"Sebagai konservasionis hutan, kami tidak bisa menolak satwa liar, namun itu tidak berarti kami harus mengabaikan dampaknya terhadap manusia dan masyarakat kami."
Advertisement
Kisah Sukses yang Berujung Maut
Seratus tahun yang lalu, sekitar 100.000 harimau berkeliaran di Asia - namun deforestasi dan perburuan liar yang merajalela mendorong mereka ke ambang kepunahan. Saat ini, hanya sekitar 5.600 harimau liar yang tersisa di 13 negara, termasuk Nepal, China, India, Thailand, Indonesia, dan Rusia.
Semua negara ini telah berkomitmen untuk menggandakan jumlah harimau mereka pada tahun 2022, tetapi Nepal menjadi yang pertama melebihi target - sebagian berkat inisiatif zero-poaching (untuk menghilangkan atau mencegah perburuan ilegal terhadap satwa liar) dan penggandaan luas hutan negara tersebut antara tahun 1992 dan 2016.
Oli percaya bahwa populasi harimau Nepal tumbuh dengan mengorbankan nyawa manusia. Namun, solusi yang dapat diterapkan tidak mudah ditemukan.
Departemen Taman Nasional dan Satwa Liar mengakui tantangan dalam mengelola harimau di Nepal. Harimau yang membunuh manusia akan dilacak dan dibawa ke penangkaran.
"Kebun binatang dan pusat penyelamatan sudah kewalahan menangani harimau bermasalah," kata departemen tersebut dalam laporan konservasi yang diterbitkan pada tahun 2023. "Protokol yang komprehensif sangat diperlukan untuk menangani penyelamatan, penanganan, dan rehabilitasi satwa yang bermasalah."
Oli telah mengusulkan untuk mengirim harimau Nepal ke luar negeri.
"Orang-orang suka memelihara burung seperti elang dan merak sebagai hewan peliharaan, jadi mengapa tidak harimau?" usulnya. "Itu juga akan meningkatkan status mereka."
Namun, ada yang berpendapat lain.
Karanth mengatakan bahwa harimau yang telah berulang kali membunuh manusia harus "segera dibunuh". Beberapa orang berpendapat bahwa manusia telah memperburuk masalah ini dengan merambah habitat alami harimau, menggunakan lahan untuk pertanian atau infrastruktur, serta mengurangi jumlah mangsa besar bagi mereka.
BBC juga mewawancarai seorang ahli manajemen satwa liar yang mengklaim bahwa Oli ingin mengurangi jumlah harimau agar lebih banyak lahan bisa dibuka untuk pembangunan infrastruktur.
"Ini bukan tentang keselamatan masyarakat," kata dia.
Untuk saat ini, situasinya masih buntu. Yang jelas adalah bahwa manusia dan harimau kesulitan untuk mencapai koeksistensi yang damai di Nepal - dan kisah sukses konservasi negara ini kini membawa banyak masalah rumit yang harus dihadapi.
Advertisement